LAPORAN PENDAHULUAN : DIARE AKUT
1.
Definisi
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan jumlah yinja yang lebih banyak dari
biasanya (normal 100-200 cc/jam tinja). Dengan tinja berbentuk cair /setengan
padat, dapat disertai frekuensi yang meningkat. Menurut WHO (1980), diare
adalah buang air besar encer lebih dari 3 x sehari. Diare terbagi 2 berdasarkan
mula dan lamanya , yaitu diare akut dan kronis (carpenito, 2000).
2.
Etiologi
1.
Faktor
infeksi : Bakteri ( Shigella, Shalmonella, Vibrio kholera), Virus
(Enterovirus), parasit (cacing), Kandida (Candida Albicans).
2.
Faktor
malabsorbsi : Karbihidrat, lemak,
protein.
3.
Faktor
makanan : Makanan basi, beracun, terlampau banyak lemak, sayuran dimasak kurang matang.
4. Faktor Psikologis : Rasa takut, cemas.
4.
Manifestasi
Klinis
Diare akut karena infeksi dapat disertai muntah-muntah,
demam, tenesmus, hematoschezia, nyeri perut dan atau kejang perut. Akibat
paling fatal dari diare yang berlangsung lama tanpa rehidrasi yang adekuat
adalah kematian akibat dehidrasi yang menimbulkan renjatan hipovolemik atau
gangguan biokimiawi berupa asidosis metabolik yang berlanjut. Seseoran yang
kekurangan cairan akan merasa haus, berat badan berkurang, mata cekung, lidah
kering, tulang pipi tampak lebih menonjol, turgor kulit menurun serta suara
menjadi serak. Keluhan dan gejala ini disebabkan oleh deplesi air yang
isotonik.
Karena kehilangan bikarbonat (HCO3)
maka perbandingannya dengan asam karbonat berkurang mengakibatkan penurunan pH
darah yang merangsang pusat pernapasan sehingga frekuensi pernapasan meningkat
dan lebih dalam (pernapasan Kussmaul)
Gangguan kardiovaskuler pada tahap hipovolemik yang
berat dapat berupa renjatan dengan tanda-tanda denyut nadi cepat (> 120
x/menit), tekanan darah menurun sampai tidak terukur. Pasien mulai gelisah,
muka pucat, akral dingin dan kadang-kadang sianosis. Karena kekurangan kalium
pada diare akut juga dapat timbul aritmia jantung.
Penurunan tekanan darah akan menyebabkan perfusi ginjal
menurun sampai timbul oliguria/anuria. Bila keadaan ini tidak segera diatsi
akan timbul penyulit nekrosis tubulus ginjal akut yang berarti suatu keadaan
gagal ginjal akut.
5.
Prinsip
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan diare akut karena infeksi pada orang dewasa terdiri
atas:
1.
Rehidrasi
sebagai prioritas utama terapi.
2.
Tata kerja
terarah untuk mengidentifkasi penyebab infeksi.
3.
Memberikan
terapi simtomatik
4.
Memberikan
terapi definitif.
6.
Pengkajian
Keperawatan
Berdasarkan klasifikasi Doenges dkk. (2000) riwayat keperawatan yang
perlu dikaji adalah
1.
Aktivitas/istirahat:
Gejala:
- Kelelelahan, kelemahan
atau malaise umum
1.
Insomnia,
tidak tidur semalaman karena diare
2.
Gelisah
dan ansietas
2.
Sirkulasi:
Tanda:
- Takikardia (reapon
terhadap dehidrasi, demam, proses inflamasi dan nyeri)
- Hipotensi
1.
Kulit/membran
mukosa : turgor jelek, kering, lidah pecah-pecah
3.
Integritas
ego:
Gejala:
1.
Ansietas,
ketakutan,, emosi kesal, perasaan tak berdaya
Tanda:
2.
Respon
menolak, perhatian menyempit, depresi
4.
Eliminasi:
Gejala:
1.
Tekstur
feses cair, berlendir, disertai darah, bau anyir/busuk.
2.
Tenesmus,
nyeri/kram abdomen
Tanda:
3.
Bising
usus menurun atau meningkat
4.
Oliguria/anuria
5.
Makanan dan
cairan:
Gejala:
1.
Haus
2.
Anoreksia
3.
Mual/muntah
4.
Penurunan
berat badan
5.
Intoleransi
diet/sensitif terhadap buah segar, sayur, produk susu, makanan berlemak
Tanda:
6.
Penurunan
lemak sub kutan/massa otot
7.
Kelemahan
tonus otot, turgor kulit buruk
8.
Membran
mukosa pucat, luka, inflamasi rongga mulut
6.
Hygiene:
Tanda:
1.
Ketidakmampuan
mempertahankan perawatan diri
2.
Badan
berbau
7.
Nyeri dan
Kenyamanan:
Gejala:
1.
Nyeri/nyeri
tekan kuadran kanan bawah, mungkin hilang dengan defekasi
Tanda:
2.
Nyeri
tekan abdomen, distensi.
8.
Keamanan:
Tanda:
1.
Peningkatan
suhu pada infeksi akut,
2.
Penurunan
tingkat kesadaran, gelisah
3.
Lesi kulit
sekitar anus
9.
Seksualitas
Gejala:
1.
Kemampuan
menurun, libido menurun
10.
Interaksi
sosial
Gejala:
1.
Penurunan
aktivitas sosial
11.
Penyuluhan/pembelajaran:
Gejala:
1.
Riwayat anggota
keluarga dengan diare
2.
Proses
penularan infeksi fekal-oral
3.
Personal
higyene
4.
Rehidrasi
4.
Diagnosa
Keperawatan
1.
Kekurangan
volume cairan b/d kehilangan berlebihan melalui feses dan muntah serta intake
terbatas (mual).
2.
Perubahan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d gangguan absorbsi nutrien dan
peningkatan peristaltik usus.
3.
Nyeri
(akut) b/d hiperperistaltik, iritasi fisura perirektal.
4.
Kecemasan
b/d perubahan status kesehatan, perubahan status sosio-ekonomis, perubahan
fungsi peran dan pola interaksi.
No
|
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
|
|||
Diagnosa
|
Tujuan
/Kriteria hasil
|
Intervensi
|
Rasional
|
|
1
|
Kekurangan volume cairan b/d kehilangan berlebihan
melalui feses dan muntah serta intake terbatas (mual)
|
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan Kekurangan volume cairan dapat diatasi.
|
1.
Berikan
cairan parenteral sesuai dengan program rehidrasi
2.
Pantau
intake dan output.
3.
Kaji
tanda vital, tanda/gejala dehidrasi dan hasil pemeriksaan laboratorium
4.
Kolaborasi
pelaksanaan terapi definitif.
|
1.
Sebagai
upaya rehidrasi untuk mengganti cairan yang keluar bersama feses.
2.
Memberikan
informasi status keseimbangan cairan untuk menetapkan kebutuhan cairan
pengganti.
3.
Menilai
status hidrasi, elektrolit dan keseimbangan asam basa.
4.
Pemberian
obat-obatan secara kausal penting setelah penyebab diare diketahui.
|
2
|
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d
gangguan absorbsi nutrien dan peningkatan peristaltik usus.
|
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan Perubahan nutrisi dapat diatas
|
1.
Pertahankan
tirah baring dan pembatasan aktivitas selama fase akut.
2.
Pertahankan
status NPO (puasa) selama fase akut/ketetapan medis dan segera mulai
pemberian makanan per oral setelah kondisi klien mengizinkan
3.
Kolaborasi
pemberian roborantia seperti vitamin B 12 dan asam folat.
4.
Kolaborasi
pemberian nutrisi parenteral sesuai indikasi
|
1. Menurunkan kebutuhan metabolic
2. Pembatasan diet per oral mungkin ditetapkan
selama fase akut untuk menurunkan peristaltik sehingga terjadi kekurangan
nutrisi. Pemberian makanan sesegera mungkin penting setelah keadaan klinis
klien memungkinkan.
3. Diare menyebabkan gangguan fungsi ileus yang
berakibat terjadinya malabsorbsi vitamin B 12; penggantian diperlukan untuk
mengatasi depresi sum sum tulang, meningkatkan produksi SDM.
4. Mengistirahatkan kerja gastrointestinal dan
mengatasi/mencegah kekurangan nutrisi lebih lanjut.
|
3
|
Nyeri (akut) b/d hiperperistaltik, iritasi fisura
perirektal.
|
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan Nyeri berkurang/ hilang
|
1.
Atur
posisi yang nyaman bagi klien, misalnya dengan lutut fleksi.
2.
Lakukan
aktivitas pengalihan untuk memberikan rasa nyaman seperti masase punggung dan
kompres hangat abdomen
3.
Bersihkan
area anorektal dengan sabun ringan dan airsetelah defekasi dan berikan
perawatan kulit
4.
Kolaborasi
pemberian obat analgetika dan atau antikolinergik sesuai indikasi
5.
Kaji
keluhan nyeri (skala 1-10), perubahan karakteristik nyeri, petunjuk verbal
dan non verbal
|
1.
Menurunkan
tegangan abdomen.
2.
Meningkatkan
relaksasi, mengalihkan fokus perhatian kliendan meningkatkan kemampuan
koping.
3.
Melindungi
kulit dari keasaman feses, mencegah iritasi.
4.
Analgetik
sebagai agen anti nyeri dan antikolinergik untuk menurunkan spasme traktus GI
dapat diberikan sesuai indikasi klinis.
5.
Mengevaluasi
perkembangan nyeri untuk menetapkan intervensi selanjutnya.
|
4
|
Kecemasan b/d perubahan status kesehatan, perubahan
status sosio-ekonomis, perubahan fungsi peran dan pola interaksi.
|
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan Kecemasan berkurang/ hilang
|
1.
Dorong
klien untuk membicarakan kecemasan dan berikan umpan balik tentang mekanisme
koping yang tepat.
2.
Tekankan
bahwa kecemasan adalah masalah yang umum terjadi pada orang lain yang
mengalami masalah yang sama dengan klien.
3.
Ciptakan
lingkungan yang tenang, tunjukkan sikap ramah tamah dan tulus dalam membantu
klien.
4.
Kolaborasi
pemberian obat sedatif bila diperlukan.
5.
Kaji
perubahan tingkat kecemasan (misalnya dengan indeks HARS)
|
1.
Membantu
mengidentifikasi penyebab kecemasan dan alternatif pemecahan masalah.
2.
Membantu
menurunkan stres dengan mengetahui bahwa klien bukan satu-satunya orang yang
mengalami masalah yang demikian.
3.
Mengurangi
rangsang eksternal yang dapat memicu peningkatan kecamasan.
4.
Dapat
digunakan sebagai anti ansitas dan meningkatkan relaksasi.
5.
Mengevaluasi
perkembangan kecemasan untuk menetapkan intervensi selanjutnya.
|
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito (2000), Diagnosa Keperawatan-Aplikasi
pada Praktik Klinis, Ed.6, EGC, Jakarta
Doenges at al (2000), Rencana Asuhan Keperawatan,
Ed.3, EGC, Jakarta
Price & Wilson (1995), Patofisologi-Konsep
Klinis Proses-Proses Penyakit, Buku 1, Ed.4, EGC, Jakarta
Soeparman & Waspadji (1990), Ilmu Penyakit
Dalam, Jilid I, Ed. Ke-3, BP FKUI, Jakarta.
DOWNLOAD VERSI DOCX NYA DI SINI
|
FADHIL AKMAL
MASUKKAN TOMBOL TWEET DISINI |
|
0 komentar:
Posting Komentar