;

Senin, 15 Agustus 2016

LAPORAN PENDAHULUAN : BATU SALURAN KEMIH (BSK)

Senin, 15 Agustus 2016

KONSEP DASAR



1.      Pengertian
Batu saluran kemih adalah adanya batu di traktus urinarius. (ginjal, ureter, atau kandung kemih, uretra)  yang membentuk kristal; kalsium, oksalat, fosfat, kalsium urat, asam urat dan magnesium.(Brunner & Suddath,2002).
Batu saluran kemih atau Urolithiasis adalah adanya  batu di dalam saluran kemih. (Luckman dan Sorensen). Dari dua definisi tersebut diatas saya mengambil kesimpulan bahwa batu saluran kemih adalah adanya  batu di dalam saluran perkemihan yang meliputi ginjal,ureter,kandung kemih dan uretra.
2.      Etiologi
Penyebab terbentuknya batu saluran kemih sampai saat ini belum diketahui pasti, tetapi ada beberapa faktor predisposisi terjadinya batu pada saluran kemih yaitu:
a.        Infeksi
Infeksi saluran kencing dapat menyebabkan nekrosis jaringan ginjal dan akan menjadi inti pembentukan batu saluran kemih . Infeksi bakteri akan memecah ureum dan membentuk amonium yang akan mengubah pH urine menjadi alkali.
b.        Stasis dan Obstruksi urine
Adanya obstruksi dan stasis urine akan mempermudah pembentukan batu saluran kemih.
c.        Ras
Pada daerah tertentu angka kejadian batu saluran kemih lebih tinggi daripada daerah lain, Daerah seperti di Afrika Selatan hampir tidak dijumpai penyakit batu saluran kemih.
d.       Keturunan
e.        Air minum
Memperbanyak diuresis dengan cara banyak minum air akan mengurangi kemungkinan terbentuknya batu ,sedangkan kurang minum menyebabkan kadar semua substansi dalam urine meningkat
f.         Pekerjaan
Pekerja keras yang banyak bergerak mengurangi kemungkinan terbentuknya batu daripada pekerja yang lebih banyak duduk.
g.        Suhu
Tempat yang bersuhu  panas menyebabkan banyak mengeluarkan keringat sedangkan asupan air kurang dan tingginya kadar mineral dalam air minum meningkatkan insiden batu saluran kemih
h.        Makanan
Masyarakat yang banyak mengkonsumsi protein hewani angka morbiditasbatu saluran kemih berkurang. Penduduk yang vegetarian yang kurang makan putih telur lebih sering menderita batu saluran kemih ( buli-buli dan Urethra ).
   3.  Patofisiologi


4.      Manifestasi klinis
Manifestasi klinis adanya batu dalam traktus urinarius tergantung pada adanya obstruksi, infeksi dan edema.
a.        Ketika batu menghambat aliran urin, terjadi obstruksi piala ginjal serta ureter proksimal.
1)      Infeksi pielonefritis dan sintesis disertai menggigil, demam dan disuria, dapat terjadi iritasi batu yang terus menerus. Beberapa batu menyebabkan sedikit gejala, namun secara perlahan merusak unit fungsional (nefron) ginjal.
2)      Nyeri hebat dan ketidaknyamanan.
b.        Batu di ginjal
1)      Nyeri dalam dan terus menerus di area kontovertebral.
2)      Hematuri.
3)      Nyeri berasal dari area renal menyebar secara anterior dan pada wanita nyeri kebawah mendekati kandung kemih sedangkan pada pria mendekati testis.
4)      Mual dan muntah.
5)      Diare.
c.        Batu di ureter
1)       Nyeri menyebar kepaha dan genitalia.
2)       Rasa ingin berkemih namun hanya sedikit urin yang keluar.
3)       Hematuri akibat abrasi batu.
4)       Biasanya batu keluar secara spontan dengan diameter batu 0,5 – 1 cm.
d.       Batu di kandung kemih
1)       Biasanya menimbulkan gejala iritasi dan berhubungan dengan infeksi traktus urinarius dan hematuri.
2)       Jika batu menimbulkan obstruksi pada leher kandung kemih akan terjadi retensi urin.
5.      Komplikasi
a.        Obstruksi
b.        Hidronephrosis.
c.        Gagal ginjal
d.       Perdarahan.
e.        Pada laki-laki dapat terjadi impoten.


6.      Pemeriksaan diagnostik
a.        Urinalisa ; warna mungkin kuning, coklat gelap, berdarah, secara umum menunjukan SDM, SDP, kristal ( sistin,asam urat,kalsium oksalat), pH asam (meningkatkan sistin dan batu asam urat) alkali ( meningkatkan magnesium,  fosfat amonium, atau batu kalsium fosfat), urine 24 jam :kreatinin, asam urat kalsium, fosfat, oksalat, atau sistin mungkin meningkat), kultur urine menunjukan ISK, BUN/kreatinin serum dan urine; abnormal (tinggi pada serum/rendah pada urine) sekunder terhadap tingginya batu obstruktif pada ginjal menyebabkan iskemia/nekrosis.
b.        Darah lengkap: Hb,Ht,abnormal bila psien dehidrasi berat atau polisitemia.
c.        Hormon Paratyroid mungkin meningkat bila ada gagal ginjal ( PTH. Merangsang reabsobsi kalsium dari tulang, meningkatkan  sirkulasi serum dan kalsium urine.
d.       Foto Rntgen; menunjukan adanya kalkuli atau perubahan anatomik pada area ginjal dan sepanjang ureter.
e.        IVP: memberikan konfirmasi cepat urolithiasis seperti penyebab nyeri, abdominal atau panggul.Menunjukan abnormalitas pada struktur anatomik (distensi ureter).
f.         Sistoureterokopi;visualiasi kandung kemih dan ureter dapat menunjukan batu atau efek obstruksi.
g.        USG ginjal: untuk menentukan perubahan obstruksi,dan lokasi batu.
7.      Penatalaksanaan
a.        Tujuan:
1)       Menghilangkan obstruksi
2)       Mengobati infeksi.
3)       Mencegah terjadinya gagal ginjal.
4)       Mengurangi kemungkinan terjadinya rekurensi (terulang kembali).

b.        Operasi dilakukan jika:
1)       Sudah terjadi stasis/bendungan.
2)       Tergantung letak dan besarnya batu, batu dalam pelvis dengan bendungan positif harus dilakukan operasi.
c.        Therapi
1)       Analgesik untuk mengatasi nyeri.
2)       Allopurinol untuk batu asam urat.
3)       Antibiotik untuk mengatasi infeksi.
d.       Diet
Diet atau pengaturan makanan sesuai jenis batu yang ditemukan.
1)       Batu kalsium oksalat
Makanan yang harus dikurangi adalah jenis makanan yang mengandung kalsium oksalat seperti: bayam, daun sledri, kacang-kacangngan, kopi, coklat; sedangkan untuk kalsium fosfat mengurangi makanan yang mengandung tinggi kalsium seperti ikan laut, kerang, daging, sarden, keju dan sari buah.
2)       Batu struvite; makanan yang perlu dikurangi adalah keju, telur, susu dan daging.
3)       Batu cystin; makanan yang perlu dikurangi antara lain sari buah, susu, kentang. 
4)       Anjurkan konsumsi air putih kurang lebih 3 -4 liter/hari serta olah raga secara teratur.


 
                                                                    Asuhan Keperawatan
1.      Pengkajian
a.        Pola persepsi kesehatan dan pemeliharaan kesehatan
1)       Riwayat penyakit ginjal akut dan kronik.
2)       Riwayat infeksi saluran kemih.
3)       Pajanan lingkungan: zat-zat kimia.
4)       Keturunan.
5)       Alkoholik, merokok.
6)       Untuk pasien wanita: jumlah dan tipe persalinan (SC, forseps, penggunaan kontrasepsi).
b.        Pola nutrisi metabolik
1)       Mual, muntah.
2)       Demam.
3)       Diet tinggi purin oksalat atau fosfat.
4)       Kebiasaan mengkonsumsi air minum.
5)       Distensi abdominal, penurunan bising usus.
6)       Alkoholik
c.        Pola eliminasi
1)       Perubahan pola eliminasi: urin pekat, penurunan output.
2)       Hematuri.
3)       Rasa terbakar, dorongan berkemih.
4)       Riwayat obstruksi.
5)       Penurunan hantaran urin, kandung kemih.
d.       Pola aktivitas dan latihan
1)       Pekerjaan (banyak duduk).
2)       Keterbatasan aktivitas.
3)       Gaya hidup (olah raga).
e.        Pola tidur dan istirahat
1)       Demam, menggigil.
2)       Gangguan tidur akibat rasa nyeri.
f.         Pola persepsi kognitif
1)       Nyeri: nyeri yang khas adalah nyeri akut tidak hilang dengan posisi atau tindakan lain, nyeri tekan pada area ginjal pada palpasi

2.      Diagnosa Keperawatan
a.        Nyeri berhubungan dengan iritasi pada saluran kemih
b.        Perubahan pola eliminasi: urine berhubungan dengan obstruksi karena batu.
c.        Risiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual dan muntah
d.       Ketidakefektifan management regiment terapeutik tentang perawatan post operasi dan pencegahan berhubungan dengan kurangnya pengetahuan/informasi

              3. Rencana Keperawatan (Intervensi, Implementasi, Rasional)


No
Diagnosa
Tujuan/KH
Intervensi
Rasional
1.
Nyeri berhubungan dengan adanya iritasi pada saluran kemih
Hasil yang diharapkan:
-            Pasien bebas dari rasa nyeri
-            Pasien tampak rileks, bisa tidur dan istirahat.
1.       Kaji karakteristik nyeri ( lokasi, lama, intensitas dan radiasi)
2.       Observasi tanda-tanda vital, tensi, nadi, cemas
3.       Jelaskan  penyebab rasa nyeri
4.       Ciptakan lingkungan yang nyaman
5.       Bantu untuk mengalihkan rasa nyeri: teknik napas dalam.
6.       Beri kompres hangat pada punggung
7.       Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgetik

1.      membantu mengevaluasi perkembangan dari obstruksi.
2.      nyeri hebat ditandai dengan peningkatan tekanan darah dan nadi.
3.      mengurangi kecemasan pasien.
4.      meningkatkan relaksasi, menurunkan tegangan otot.
5.      meningkatkan relaksasi dan mengurangi nyeri.
6.      mengurangi ketegangan otot.
7.      analgetik menghilangkan rasa nyeri.
2.
Perubahan pola elminasi: urine berhubungan dengan inflamasi, obstruksi karena batu.
Hasil yang diharapkan:
-            Pola eliminasi urine dan output dalam batas normal.
-            Tidak menunjukkan tanda-tanda obstruksi (tidak ada rasa sakit saat berkemih, pengeluaran urin lancar).
1.       Monitor intake dan output.
2.       Anjurkan untuk meningkatkan cairan per oral 3 – 4 liter per hari.
3.       Kaji karakteristik urine
4.       Kaji pola Bak normal pasien, catat kelainnya.
1.      menginformasikan fungsi ginjal.
2.      mempermudah pengeluaran batu, mencegah terjadinya pengendapan.
3.      adanya darah merupakan indikasi meningkatnya obstruksi/iritasi ureter.
4.      batu dapat menyebabkan rangsangan mervus yang menyebabkan sensasi untuk buang air kecil
3.
Risiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual dan muntah.
Hasil yang diharapkan:
-            Keseimbangan cairan adekuat
-            Turgor kulit baik
1.       Monitor intake dan output
2.       Berikan intake cairan 3 – 4 liter per hari.
3.       Monitor tanda-tanda vital, turgor kulit, membran mukosa.
4.       Berikan cairan intra vena sesuai intruksi dokter.
5.       Kalau perlu berikan obat anti enemik.

1.      membandingkan secara aktual dan mengantisipasi output yang dapat dijadikan tanda adanya renal stasis
2.      menjaga keseimbangan cairan untuk homeostasis.
3.       dapat menunjukkan tanda-tanda dehidrasi.
4.      menjaga keseimbangan cairan bila intake per oral kurang.
5.      mengurangi mual dan muntah.
4.
Ketidakefektifan management regiment terapeutik tentang perawatan post operasi dan pencegahan berhubungan dengan kurangnya pengetahuan/informasi
Hasil yang diharapkan:
-            Pasien mengungkapkan proses penyakit, faktor-faktor penyebab.
-            Pasien dapat berpartisipasi dalam perawatan.

1.       Kaji pengetahuan pasien/tanyakan proses sakit dan harapan pasien.
2.       Jelaskan pentingnya peningkatan cairan per oral 3 – 4 liter per hari.
3.       Jelaskan dan anjurkan pasien untuk melakukan aktivitas secara teratur.
4.       Identifikasi tanda-tanda nyeri, hematuri, oliguri.
5.       Jelaskan prosedur pengobatan dan perubahan gaya hidup.
1.      mengetahui tingkat pengetahuan pasien dan memimih cara untuk komunikasi yang tepat.
2.      dapat mengurangi stasis urine dan mencagah terjadinya batu.
3.      kurang aktivitas mempengaruhi terjadinya batu.
4.      mendeteksi secara dini, komplikasi yang  serius dan berulangnya penyakit.
5.      membantu pasien merasakan, mengontrol melalui apa yang terjadi dengan dirinya.



DAFTAR PUSTAKA

Razak B., 1992. Faktor-faktor yang Berpengaruh Terhadap  Pembentukan Batu Saluran Kemih di Ujung Pandang dan di Tana Toraja.
Smeltzer, S.C. & Bare, B.G. Brunner and Suddarth’s textbook of medical – surgical nursing. 8th Edition. Alih bahasa : Waluyo, A.  Jakarta: EGC; 2002
Purnomo, B.B., 2011. Dasar-dasar Urologi. Edisi ke 3, CV. Sagung Seto, Jakarta.
Pilasri C., 2007. Epidemiology Study of Urolithiasis in South of Northteast Thailand. http://cmp.ubu.ac.th. Di akses pada 26 Juni 2011.
DepKes RI, 2002. Statistik Rumah Sakit di Indonesia. Seri 3, Morbiditas dan Mortalitas Direktorat Jendral Pelayanan Medik. http://yanmedik-depkes.net/statistik_rs_2002. Di akses pada 19 Juni 2011.
Depkes RI., 2005. Distribusi Penyakit-Penyakit Sistem Kemih Kelamin  Pasien Rawat Inap Menurut Golongan Sebab Sakit Indonesia
Hardjoeno., dkk, 2006. Profil Analisis Batu Saluran Kemih di Laboraturium Patologi Klinik. Indonesia journal of Clinical Pathology and Medical Laboratory, vol 12, No 3, Makasar.
Lina N., 2008. Faktor-Faktor Kejadian Batu Saluran Kemih Pada Laki- Laki. Tesis Mahasiswa Pasca Sarjana Epidemiologi UNDIP.

DOWNLOAD VERSI DOCX NYA DI SINI

TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGANNYA

FADHIL AKMAL - Agustus 15, 2016
MASUKKAN TOMBOL TWEET DISINI

0 komentar:

Posting Komentar

loading...