ASMA BRONCHIAL
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Angka kejadian penyakit alergi
akhir-akhir ini meningkat sejalan dengan perubahan pola hidup masyarakat
modern, polusi baik lingkungan maupun zat-zat yang ada di dalam makanan. Salah
satu penyakit alergi yang banyak terjadi di masyarakat adalah penyakit asma.
Asma adalah satu diantara beberapa
penyakit yang tidak bisa disembuhkan secara total. Kesembuhan dari satu
serangan asma tidak menjamin dalam waktu dekat akan terbebas dari ancaman
serangan berikutnya. Apalagi bila karena pekerjaan dan lingkungannya serta
faktor ekonomi, penderita harus selalu berhadapan dengan faktor alergen yang
menjadi penyebab serangan. Biaya pengobatan simptomatik pada waktu serangan
mungkin bisa diatasi oleh penderita atau keluarganya, tetapi pengobatan
profilaksis yang memerlukan waktu lebih lama, sering menjadi problem
tersendiri.
Peran dokter dalam mengatasi
penyakit asma sangatlah penting. Dokter sebagai pintu pertama yang akan diketuk
oleh penderita dalam menolong penderita asma, harus selalu meningkatkan
pelayanan, salah satunya yang sering diabaikan adalah memberikan edukasi atau
pendidikan kesehatan. Pendidikan kesehatan kepada penderita dan keluarganya
akan sangat berarti bagi penderita, terutama bagaimana sikap dan tindakan yang
bisa dikerjakan pada waktu menghadapi serangan, dan bagaimana caranya mencegah
terjadinya serangan asma.
Dalam tiga puluh tahun terakhir
terjadi peningkatan prevalensi (kekerapan penyakit) asma terutama di
negara-negara maju. Kenaikan prevalensi asma di Asia seperti Singapura, Taiwan,
Jepang, atau Korea Selatan juga mencolok. Kasus asma meningkat insidennya
secara dramatis selama lebih dari lima belas tahun, baik di negara berkembang
maupun di negara maju. Beban global untuk penyakit ini semakin meningkat.
Dampak buruk asma meliputi penurunan kualitas hidup, produktivitas yang
menurun, ketidakhadiran di sekolah, peningkatan biaya kesehatan, risiko
perawatan di rumah sakit dan bahkan kematian. (Muchid dkk,2007)
Maka disini kami akan memaparkan
tentang Asma Bronchial yang nantinya akan dibutuhkan oleh kita selaku askep.
Didalamnya terkandung Definisi Penyakit
Asma Bronchial, Etiologi Penyakit Asma Bronchial, Patofisiologi Penyakit asma bronkial, Gejala Klinis Penyakit Asma
Bronchial, Diagnosis Penyakit Asma Bronchial dan Pencegahan Penyakit Asma
Bronchial.
1.2. RUMUSAN MASALAH
Dari uraian
yang ada diatas maka dapat di rumuskan masalah sebagai berikut:
- Bagaimana definisi Asma Bronchial ?
- Bagaimana etiologi Asma Bronchial ?
- Bagaimana patofisiologi Asma Bronchial ?
- Bagaimana gejala klinis Asma Bronchial ?
- Bagaimana diagnosis Asma Bronchial ?
- Bagaimana pencegahan Asma Bronchial ?
1.3. TUJUAN
a. Menjelaskan definisi
Asma Bronchial
b. Menjelaskan etiologi Asma Bronchial
c. Menjelaskan patofisiologi Asma Bronchial
d. Menjelaskan gejala klinis Asma Bronchial
e. Menjelaskan diagnosis Asma Bronchial
f. Menjelaskan pencegahan Asma Bronchial
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.Definisi
Asma adalah suatu kadaan klinik yang ditandai
oleh terjadinya penyempitan bronkus yang berulang namun reversibel, dan
diantara episode penyempitan bronkus tersebut terdapat keadaan ventilasi yang
lebih normal. Keadaan ini pada orang-orang yang rentan terkena asma mudah
ditimbulkan oleh berbagai rangsangan, yang
menandakan suatu keadaan hipere aktivitas bronkus yang khas. .Penyakit asma adalah
penyakit yang terjadi akibat adanya penyempitan saluran pernapasan sementara
waktu sehingga sulit bernapas. Asma terjadi ketika ada kepekaan yang meningkat terhadap rangsangan dari lingkungan sebagai
pemicunya. Diantaranya adalah dikarenakan gangguan emosi, kelelahan
jasmani,perubahan cuaca, temperatur, debu, asap, bau-bauan yang merangsang,
infeksisaluran napas, faktor makanan dan reaksi alergi.
Penyakit asma bronkial di masyarakat sering disebut sebagai
bengek, asma, mengi, ampek, sasak angok, dan berbagai istilah lokal lainnya. Asma merupakan suatu penyakit
gangguan jalan nafas obstruktif intermiten yang bersifat reversibel, ditandai
dengan adanya periode bronkospasme, peningkatan respon trakea dan bronkus
terhadap berbagai rangsangan yang menyebabkan penyempitan jalan nafas.
Orang yang menderita asma memiliki ketidak
mampuan mendasar dalam mencapai angka aliran udara normal selama pernapasan
(terutama pada ekspirasi). Ketidak mampuan ini tercermin dengan rendahnya
volume udara yang dihasilkan sewaktu
melakukan usaha eksirasi paksa pada detik pertama. Karena banyak saluran
udara yang menyempit tidak dapat dialiri dan dikosongkan secara cepat,tidak
terjadi aerasi paru dan hilangnya ruang penyesuaian normal antara ventilasidan
aliran darah paru. Turbulensi arus udara dan getaran mukus bronkus
mengakibatkan suara mengi yang terdengar jelas selama serangan asma, namun
tanda fisik ini juga terlihat mencolok pada masalah saluran napas
obstruktif.Diantara serangan asma, pasien bebas dari mengi dan gejala, walaupun
reaktivitas bronkus meningkat dan kelainan pada ventilasi tetap berlanjut.
Namun, pada asmakronik, masa tanpa serangan
dapat menghilang, sehingga mengakibatkan keadaan asma yang
terus-menenrus yang sering disertai infeksi bakteri sekunder.
2.2.Etiologi
Sampai saat ini etiologi dari asma
bronchial belum diketahui. Berbagai teori sudah diajukan, akan tetapi yang
paling disepakati adalah adanya gangguan parasimpatis (hiperaktivitas saraf
kolinergik), gangguan simpatis (blok pada reseptor beta adrenergic dan
hiperaktifitas reseptor alfa adrenergik).
Berdasarkan penyebabnya, asma
bronkhial dapat diklasifikasikan menjadi 3 tipe, yaitu :
1.
Ekstrinsik (alergik).
Ditandai dengan reaksi alergik yang
disebabkan oleh faktor-faktor pencetus yang spesifik, seperti debu, serbuk
bunga, bulu binatang, obat-obatan (antibiotic dan aspirin) dan spora jamur.
Asma ekstrinsik sering dihubungkan dengan adanya suatu predisposisi genetik
terhadap alergi. Oleh karena itu jika ada faktor-faktor pencetus spesifik
seperti yang disebutkan di atas, maka akan terjadi serangan asma ekstrinsik.
2. Intrinsik
(non alergik).
Ditandai dengan adanya reaksi non
alergi yang bereaksi terhadap pencetus yang tidak spesifik atau tidak
diketahui, seperti udara dingin atau bisa juga disebabkan oleh adanya infeksi
saluran pernafasan dan emosi. Serangan asma ini menjadi lebih berat dan sering
sejalan dengan berlalunya waktu dan dapat berkembang menjadi bronkhitis kronik
dan emfisema. Beberapa pasien akan mengalami asma gabungan.
3. Asma
gabungan
Bentuk asma yang paling umum. Asma
ini mempunyai karakteristik dari bentuk alergik dan non-alergik.
Berdasarkan Keparahan Penyakitnya :
a. Asma intermiten
Gejala muncul < 1 kali dalam 1 minggu, eksaserbasi ringan
dalam beberapa jam atau hari, gejala asma malam hari terjadi < 2 kali dalam
1 bulan, fungsi paru normal dan asimtomatik di antara waktu serangan, Peak
Expiratory Folw (PEF) dan Forced Expiratory Value in 1 second (PEV1) > 80%
b.
Asma ringan
Gejala muncul > 1 kali dalam 1 minggu tetapi < 1
kali dalam 1 hari, eksaserbasi mengganggu aktifitas atau tidur, gejala asma
malam hari terjadi > 2 kali dalam 1 bulan, PEF dan PEV1 > 80%
c. Asma sedang (moderate)
Gejala muncul tiap hari, eksaserbasi mengganggu aktifitas
atau tidur, gejala asma malam hari terjadi >1 kali dalam 1 minggu,
menggunakan inhalasi beta 2 agonis kerja cepat dalam keseharian, PEF dan PEV1
>60% dan < 80%
d.
Asma parah (severe)
Gejala terus menerus terjadi, eksaserbasi sering terjadi,
gejala asma malam hari sering terjadi, aktifitas fisik terganggu oleh gejala
asma, PEF dan PEV1 < 60%
Ada beberapa hal yang merupakan faktor predisposisi dan
presipitasi timbulnya serangan asma bronchial:
1. Faktor predisposisi
a. Genetik
2.
Faktor presipitasi
a. Alergen
3. Perubahan
cuaca
4.
Stress
5.
Lingkungan kerja
2.3.Patofisiologi
Asma ditandai dengan kontraksi spastic dari otot polos
bronkhiolus yang menyebabkan sukar bernapas. Penyebab yang umum adalah
hipersensitivitas bronkhiolus terhadap benda-benda asing di udara. Reaksi yang
timbul pada asma tipe alergi diduga terjadi dengan cara sebagai berikut :
seorang yang alergi mempunyai kecenderungan untuk membentuk sejumlah antibody
Ig E abnormal dalam jumlah besar dan antibodi ini menyebabkan reaksi alergi
bila reaksi dengan antigen spesifikasinya.
Pada asma, antibody ini terutama melekat pada sel mast yang
terdapat pada interstisial paru yang berhubungan erat dengan brokhiolus dan
bronkhus kecil. Bila seseorang menghirup alergen maka antibody Ig E orang
tersebut meningkat, alergen bereaksi dengan antibodi yang telah terlekat pada
sel mast dan menyebabkan sel ini akan mengeluarkan berbagai macam zat,
diantaranya histamin, zat anafilaksis yang bereaksi lambat (yang merupakan
leukotrient), faktor kemotaktik eosinofilik dan bradikinin. Efek gabungan dari
semua factor-faktor ini akan menghasilkan edema lokal pada dinding bronkhioulus
kecil maupun sekresi mucus yang kental dalam lumen bronkhioulus dan spasme otot
polos bronkhiolus sehingga menyebabkan tahanan saluran napas menjadi sangat
meningkat.
Pada asma, diameter bronkiolus lebih berkurang selama
ekspirasi daripada selama inspirasi karena peningkatan tekanan dalam paru
selama eksirasi paksa menekan bagian luar bronkiolus. Karena bronkiolus sudah
tersumbat sebagian, maka sumbatan selanjutnya adalah akibat dari tekanan
eksternal yang menimbulkan obstruksi berat terutama selama ekspirasi. Pada
penderita asma biasanya dapat melakukan inspirasi dengan baik dan adekuat,
tetapi sekali-kali melakukan ekspirasi. Hal ini menyebabkan dispnea. Kapasitas
residu fungsional dan volume residu paru menjadi sangat meningkat selama
serangan asma akibat kesukaran mengeluarkan udara ekspirasi dari paru. Hal ini
bisa menyebabkan barrel chest. (Tanjung, 2003)
Klasifikasi
Derajat
|
Gejala
|
Gejala malam
|
Faal paru
|
|
Intermiten
|
Gejala
kurang dari 1x/minggu
Asimtomatik
|
Kurang
dari 2 kali dalam sebulan
|
APE > 80%
|
|
Mild persistan
|
-Gejala
lebih dari 1x/minggu tapi kurang dari 1x/hari
-Serangan
dapat menganggu aktivitas dan tidur
|
Lebih dari
2 kali dalam sebulan
|
APE >80%
|
|
Moderate persistan
|
-Setiap
hari,
-Serangan
2 kali/seminggu, bisa berahari-hari.
-Menggunakan
obat setiap hari
-Aktivitas
& tidur terganggu
|
Lebih 1 kali dalam seminggu
|
APE 60-80%
|
|
Severe persistan
|
- Gejala
Kontinyu
-Aktivitas
terbatas
-Sering
serangan
|
Sering
|
APE <60%
|
|
2.4 Gejala Klinis
Keluhan utama penderita asma ialah
sesak napas mendadak, disertai fase inspirasi yang lebih pendek dibandingkan
dengan fase ekspirasi, dan diikuti bunyi mengi (wheezing), batuk yang disertai
serangn napas yang kumat-kumatan. Pada beberapa penderita asma, keluhan
tersebut dapat ringan, sedang atau berat dan sesak napas penderita timbul
mendadak, dirasakan makin lama makin meningkat atau tiba-tiba menjadi lebih
berat.
Wheezing terutama terdengar saat
ekspirasi. Berat ringannya wheezing tergantung cepat atau lambatnya aliran
udara yang keluar masuk paru. Bila dijumpai obstruksi ringan atau kelelahan
otot pernapasan, wheezing akan terdengar lebih lemah atau tidak terdengar sama
sekali. Batuk hamper selalu ada, bahkan seringkali diikuti dengan dahak putih
berbuih. Selain itu, makin kental dahak, maka keluhan sesak akan semakin berat.
Dalam keadaan sesak napas hebat,
penderita lebih menyukai posisi duduk membungkuk dengan kedua telapak tangan
memegang kedua lutut. Posisi ini didapati juga pada pasien dengan Chronic
Obstructive Pulmonary Disease (COPD). Tanda lain yang menyertai sesak napas
adalah pernapasan cuping hidung yang sesuai dengan irama pernapasan. Frekuensi
pernapasan terlihat meningkat (takipneu), otot Bantu pernapasan ikut aktif, dan
penderita tampak gelisah. Pada fase permulaan, sesak napas akan diikuti dengan
penurunan PaO2 dan PaCO2, tetapi pH normal atau sedikit naik. Hipoventilasi
yang terjadi kemudian akan memperberat sesak napas, karena menyebabkan penurunan
PaO2 dan pH serta meningkatkan PaCO2 darah. Selain itu, terjadi kenaikan
tekanan darah dan denyut nadi sampai 110-130/menit, karena peningkatan
konsentrasi katekolamin dalam darah akibat respons hipoksemia.
2.5 Diagnosis asma bronkial
1.
Anamnesa
a.Keluhan sesak nafas, mengi, dada
terasa berat atau tertekan, batuk berdahak yang tak kunjung sembuh, atau batuk
malam hari.
b.Semua keluhan biasanya bersifat
episodik dan reversible.
c.Mungkin ada riwayat keluarga
dengan penyakit yang sama atau penyakit alergi yang lain.
2.
Pemeriksaan Fisik
a.Keadaan umum : penderita tampak
sesak nafas dan gelisah, penderita lebih nyaman dalam posisi duduk.
b.Jantung :
pekak jantung mengecil, takikardi.
c.Paru :
·
Inspeksi
: dinding torak tampak mengembang, diafragma terdorong ke
bawah.
·
Auskultasi :
terdengar wheezing (mengi), ekspirasi memanjang.
·
Perkusi : hipersonor
· Palpasi :
Vokal Fremitus kanan=kiri
3.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan
Laboratorium meliputi :
a. Pemeriksaan sputum
Pemeriksaan sputum pada penderita
asma akan didapati :
- Kristal-kristal charcot
leyden yang merupakan degranulasi dari kristal eosinopil.
- Spiral curshmann, yakni yang
merupakan cast cell (sel cetakan) dari cabang bronkus.
- Creole yang merupakan fragmen
dari epitel bronkus.
- Netrofil dan eosinopil yang
terdapat pada sputum, umumnya bersifat mukoid dengan viskositas yang tinggi dan kadang terdapat
mucus plug.
b.
Pemeriksaan darah
-
Analisa gas darah pada umumnya normal akan tetapi dapat pula terjadi
hipoksemia, hiperkapnia, atau asidosis.
-
Kadang pada darah terdapat peningkatan dari SGOT dan LDH.
- Hiponatremia dan kadar leukosit
kadang-kadang di atas 15.000/mm3 dimana menandakan terdapatnya suatu infeksi.
- Pada pemeriksaan faktor-faktor
alergi terjadi peningkatan dari Ig E pada waktu serangan dan menurun pada waktu
bebas dari serangan.
c. Pemeriksaan
Radiologi
Gambaran radiologi pada asma pada umumnya normal. Pada waktu serangan
menunjukan gambaran hiperinflasi pada paru-paru yakni radiolusen yang bertambah
dan peleburan rongga intercostalis, serta diafragma yang menurun. Akan tetapi
bila terdapat komplikasi, maka kelainan yang didapat adalah sebagai berikut:
-
Bila disertai dengan bronkitis, maka bercak-bercak di hilus akan bertambah.
-
Bila terdapat komplikasi empisema (COPD), maka gambaran radiolusen akan
semakin bertambah.
-
Bila terdapat komplikasi, maka terdapat gambaran infiltrate pada paru
-
Dapat pula menimbulkan gambaran atelektasis lokal.
-
Bila terjadi pneumonia mediastinum, pneumotoraks, dan pneumoperikardium, maka
dapat dilihat bentuk gambaran radiolusen pada paru-paru.
d.
Pemeriksaan tes kulit
Dilakukan
untuk mencari faktor alergi dengan berbagai alergen yang dapat menimbulkan
reaksi yang positif pada asma. Pemeriksaan menggunakan tes tempel.
e.
Elektrokardiografi
Gambaran
elektrokardiografi yang terjadi selama serangan dapat dibagi menjadi 3 bagian,
dan disesuaikan dengan gambaran yang terjadi pada empisema paru yaitu :
-
Perubahan aksis jantung, yakni pada umumnya terjadi right axis deviasi dan
clockwise rotation.
-
Terdapatnya tanda-tanda hipertropi otot jantung, yakni terdapatnya RBB (Right
bundle branch block).
-
Tanda-tanda hopoksemia, yakni terdapatnya sinus tachycardia, SVES, dan
-
VES atau terjadinya depresi segmen ST negative.
f.
Spirometri
Untuk
menunjukkan adanya obstruksi jalan napas reversible, cara yang paling cepat dan
sederhana diagnosis asma adalah melihat respon pengobatan dengan bronkodilator.
Pemeriksaan spirometer dilakukan sebelum dan sesudah pemberian bronkodilator
aerosol (inhaler atau nebulizer) golongan adrenergik. Peningkatan FEV1 atau FVC
sebanyak lebih dari 20% menunjukkan diagnosis asma. Tidak adanya respon aerosol
bronkodilator lebih dari 20%. Pemeriksaan spirometri tidak saja penting untuk
menegakkan diagnosis tetapi juga penting untuk menilai berat obstruksi dan efek
pengobatan. Banyak penderita tanpa keluhan tetapi pemeriksaan spirometrinya
menunjukkan obstruksi. (Medicafarma,2008)
g. Uji provokasi bronkus untuk membantu
diagnosis
Pengobatan profilaksis dianggap
merupakan cara pengobatan yang paling rasional,
karena sasaran obat-obat tersebut langsung pada faktor-faktor yang
menyebabkan bronkospasme. Pada umumnya pengobatan profilaksis berlangsung dalam
jangka panjang, dengan cara kerja obat sebagai berikut :
a. Menghambat pelepasan mediator.
b. Menekan hiperaktivitas bronkus.
Hasil
yang diharapkan dari pengobatan profilaksis adalah :
a. Bila mungkin bisa menghentikan obat simptomatik.
b. Menghentikan atau mengurangi pemakaian steroid.
c. Mengurangi banyaknya jenis obat dan dosis yang dipakai.
a. Bila mungkin bisa menghentikan obat simptomatik.
b. Menghentikan atau mengurangi pemakaian steroid.
c. Mengurangi banyaknya jenis obat dan dosis yang dipakai.
d.
Mengurangi tingkat keparahan penyakit, mengurangi frekwensi serangan dan
meringankan
beratnya serangan.
Obat
profilaksis yang biasanya digunakan adalah :
a. Steroid dalam bentuk aerosol.
b. Disodium Cromolyn.
c. Ketotifen.
d. Tranilast.
a. Steroid dalam bentuk aerosol.
b. Disodium Cromolyn.
c. Ketotifen.
d. Tranilast.
2.6 Pencegahan
a. Menjauhi
alergen, bila perlu desensitisasi
b. Menghindari
kelelahan
c.
Menghindari stress psikis
d.
Mencegah/mengobati ISPA sedini mungkin
e. Olahraga
renang, senam asma.
BAB III
KESIMPULAN
Asma bronchial adalah suatu penyakit gangguan jalan nafas obstruktif intermiten
yang bersifat reversibel, ditandai dengan adanya periode bronkospasme,
peningkatan respon trakea dan bronkus terhadap berbagai rangsangan yang
menyebabkan penyempitan jalan nafas. Berdasarkan penyebabnya, asma bronkhial
dapat diklasifikasikan menjadi 3 tipe, yaitu : Ekstrinsik (alergik), Intrinsik
(non alergik) ,Asma gabungan.
Dan ada beberapa hal yang merupakan faktor penyebab timbulnya serangan
asma bronkhial yaitu : faktor predisposisi(genetic), faktor
presipitasi(alergen, perubahan cuaca, stress, lingkungan kerja, olahraga/ aktifitas
jasmani yang berat). Pencegahan serangan asma dapat dilakukan dengan :
a. Menjauhi alergen, bila perlu desensitisasi
b. Menghindari kelelahan
c. Menghindari stress psikis
d. Mencegah/mengobati ISPA sedini mungkin
e. Olahraga renang, senam asma
Saran
Dengan
disusunnya makalah ini diharapkan kepada semua pembaca agar dapat menelaah dan
memahami apa yang telah terulis dalam makalah ini sehingga sedikit banyak bisa
menambah pengetahuan pembaca. Disamping itu saya juga
mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca sehinga kami bisa berorientasi
lebih baik pada makalah kami selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
http://doctorology.net/wp-content/uploads/2009/03/tipe
asma.htm. diakses 2 oktober 2013
Medicafarma.
(2008, Mei 7). Asma Bronkiale. Diakses 2 oktober 2013 dari
Medicafarma: http://medicafarma.blogspot.com/2008/05/asma-
bronkiale.html
Muchid,
dkk. (2007, September). Pharmaceutical care untuk penyakit asma.
Diakses 2 oktober 2013 dari Direktorat
Bina Farmasi Komunitas
Dan Klinik Depkes RI:http://125.160.76.194 /bidang/yanmed/farmasi/
Pharmaceutical/ASMA.pdf
Tanjung,
D. (2003). Asuhan Keperawatan Asma Bronkial. Diakses 2 oktober 2013
dari
USU digital library:
http://library.usu.ac.id/download/fk/keperawatan-dudut2.pdf. diakses 2 oktober 2013
http://www.scribd.com/doc/12896544/Asma-Bronkial. diakses 2 oktober 2013DOWNLOAD VERSI DOCXNYA DISINI
|
FADHIL AKMAL
MASUKKAN TOMBOL TWEET DISINI |
|
1komentar:
There is a safe & effective Natural Herbal Medicine. For Total Cure Call +2349010754824, or email him drrealakhigbe@gmail.com For an Appointment with (Dr.) AKHIGBE contact him. Treatment with Natural Herbal Cure. For:Dengue Fever, Malaria. Painful or Irregular Menstruation. HIV/Aids. Diabetics. Vaginal Infections. Vaginal Discharge. Itching Of the Private Part. Breast Infection. Discharge from Breast. Breast Pain & Itching. Lower Abdominal Pain. No Periods or Periods Suddenly Stop. Women Sexual Problems. High Blood Pressure Chronic Disease. Pain during Sex inside the Pelvis. Pain during Urination. Pelvic Inflammatory Disease, (PID). Dripping Of Sperm from the Vagina As Well As for Low sperm count. Parkinson disease. Obesity, Lupus. Cancer. Tuberculosis. Zero sperm count. Bacteria, Impotence Fertility,Toxoplasmosis, Diarrhea.Herpatitis A&B, Rabies. Asthma. Quick Ejaculation. Gallstone, Cystic Fibrosis, Schizophrenia, Cirrhosis, Premature Ejaculation. Herpes. Joint Pain. Stroke. Cornelia Disease, Weak Erection. Ovarian problem, Erysipelas, Thyroid, Discharge from Penis. Bronchial Problem, HPV. Hepatitis A and B. STD. Staphylococcus + Gonorrhea + Syphilis. Heart Disease. Pile-Hemorrhoid.rheumatism, Impotence, thyroid, Autism, Sepsis Bacteria, Penis enlargement, Prostate Problem, Waist & Back Pain. Male Infertility and Female Infertility. Etc. Take Action Now. contact him & Order for your Natural Herbal Medicine: +2349010754824 and email him drrealakhigbe@gmail.com Note For an Appointment with (Dr.) AKHIGBE.I suffered in Cancer for a year and three months dieing in pain and full of heart break. One day I was searching through the internet and I came across a testimony herpes cure by doctor Akhigbe. So I contact him to try my luck, we talk and he send me the medicine through courier service and with instructions on how to be drinking it.To my greatest surprise drinking the herbal medicine within three weeks I got the changes and I was cure totally. I don't really know how it happen but there is power in Dr Akhigbe herbal medicine. He is a good herbalist doctor.
Posting Komentar