A.
Campak
1.
Pengertian
Campak adalah
penyakit akut yang disebabkan oleh virus campak yang sangat menular pada
anak-anak, ditandai dengan panas, batuk, pilek, konjungtivitis dan ditemukan
spesifik enantem (koplik”s spot), diikuti oleh erupsi makulopapular yang
menyeluruh. Bahaya penyulit penyakit campak di kemudian hari adalah kurang gizi
sebagai akibat diare berulang dan berkepanjangan pasca campak, sindrom subakutpanensifilitis
(SSPE) pada anak > 10 tahun dan dan munculnya gejala penyakit tuberkulosis
paru yang lebih parah pasca mengidap penyakit campak yang berat yang disertai
pneumonia. (Ranuh, dkk 2008)
Campak atau yang
sering kita ketahui dengan penyakit campak adalah penyakit yang sering
menyerang anak-anak dan merupakan penyakit menular. Campak (rubeola, campak 9
hari) adalah suatu infeksi virus yang sangat menular, yang ditandai dengan
demam, batuk, konjungtivitis (peradangan selaput ikat mata/konjungtiva) dan
ruam kulit. Penularan infeksi terjadi karena menghirup percikan ludah penderita
campak. Penderita bisa menularkan infeksi ini dalam waktu 2-4 hari sebelum
timbulnya ruam kulit dan selama ruam kulit ada. (Muhammad, 2011)
2.
Manifestasi klinik
penyakit campak
Terjadinya penyakit ini melalui tiga
stadium yaitu 1) stadium kataris yang berlangsung 4-5 hari dengan gejala flu,
batuk, demam, konjungtivitis, nyeri tenggorok, pembesaran kelenjar getah bening
dan terjadi bercak koplik yaitu bercak putih kelabu yang dikelilingi daerah
kemerahan. 2) stadium erupsi merupakan stadium campak yang ditandai dengan
adanya titik merah pada palatum durum dan palatum mole, kemudian adanya bercak
makulopapuler pada muka tubuh dan anggota gerak. 3) stadium konvalensi dimana
gejala-gejala sudah mulai menghilang dan meninggalkan bekas seperti adanya hiperpigmentasi.
(Alimul, 2006)
Gejala pertama biasanya timbul 10 hingga 12
hari masa inkubasi setelah tertular melalui udara atau droplet partikel ludah.
Penularan melalui parenteral mempunyai masa inkubasi yang lebih singkat sekitar
dua hingga empat hari. Penderita dengan imunokompromais masa inkubasinya lebih
lama. Gejala prodromal yang sering terjadi demam, malaise, konjungtivitis,
pilek, trakheobronkhitis (dengan manifestasi batuk) berlangsung selama dua
hingga empat hari. Gejala-gejala ini mirip dengan infeksi saluran nafas bagian
atas karena sebab lainnya. Demam yang timbul biasanya dalan empat hari dan
dapat mencapai suhu 40,6°C (105 F). Pada hari pertama hingga hari kedua sebelum
dan sesudah timbulnya rash didapatkan bercak koplik (koplik spots) di daerah
mukosa pipi, gejala ini dikenal sebagai tanda patognomonik campak. Gambaran
rash berbentuk erupsi makulopapular berlangsung selama 14 hari setelah terpapar
dan menyebar mulai kepala (muka, dahi, rambut, telinga, dan leher bagian atas)
meluas ke tubuh hingga ekstremitas selama tiga atau empat hari. Bercak
kemerahan biasanya menyatu pada muka dan tubuh bagian atas bila ditekan
berwarna kepucatan. Pada hari ketiga dan empat bercak berwarna kecoklatan dan
tidak pucat bila ditekan. (Djauzi, 2007)
Demam timbul secara bertahap dan meningkat
sampai hari kelima atau keenam pada puncak timbulnya ruam. Kadang-kadang kurva
suhu menunjukkan gambaran bifasik, ruam awal pada 24-48 jam pertama diikuti dengan
turunnya suhu tubuh sampai normal selama periode satu hari dan kemudian diikuti
dengan dengan kenaikan suhu tubuh yang cepat mencapai 40°C pada waktu ruam
sudah timbul di seluruh tubuh. Pada kasus yang tanpa komplikasi, suhu tubuh
mengalami lisis dan kemudian turun mencapai suhu yang normal. Gejala awal lainnya yang sering ditemukan
adalah batuk, pilek, mata merah selanjutnya di cari gejala koplik’s spot.
Dua hari sebelum ruam timbul, gejala koplik’s spot yang merupakan tanda pathognomonis
dari penyakit campak, dapat dideteksi. Mula-mula hanya didapatkan dua atau
tiga sampai enam bintik. Kombinasi dari noda putih keabuan dan warna merah muda
disekitarnya merupakan tanda patognomonik absolut dari penyakit campak.
Kadang-kadang noda putih keabuan sangat kecil dan sulit terlihat dan hanya
dengan sinar yang langsung dan terang dapat terlihat. Timbulnya koplik’s
spot hanya berlangsung sebentar, kurang lebih 12 jam, sehingga sukar
terdeteksi dan biasanya luput pada waktu dilakukan pemeriksaan klinis. Ruam timbul
pertama kali pada hari ketiga sampai keempat dari timbulnya demam. Ruam dimulai
sebagai erupsi makulopapula eritematosa, dan mulai timbul pada bagian samping
atas leher, daerah belakang telinga, perbatasan rambut di kepala dan meluas ke
dahi. Kemudian menyebar ke bawah ke seluruh muka dan leher dalam waktu 24 jam
jam. Seterusnya menyebar ke ekstremitas atas, dada, daerah perut dan punggung,
mencapai kaki pada hari ketiga. Bagian yang pertama kena mengandung lebih
banyak lesi daripada yang terkena kemudian. Setelah tiga atau empat hari, lesi
teersebut berubah menjadi berwarna kecoklatan. Hal ini kemungkinan sebagai
akibat dari perdarahan kapiler, dan tidak memucat dengan penekanan. Dengan
menghilangnya ruam, timbul perubahan warna dari ruam , yaitu menjadi berwarna
kehitaman atau lebih gelap. Dan kemudian disusul dengan timbulnya deskuamasi
berupa sisik berwarna keputihan. (Ranuh dkk, 2008)
Menurut Muhammad (2011) Penyakit Campak itu mempunyai tanda atau gejala sebagai berikut :
a. Tahap Awal (hari 1 sampai hari ke-3)
1.
Biasanya didahului dengan
panas, anak kelihatan lemah-lesu, sering disertai dengan batuk-pilek
2.
Mata memerah, keluar air mata
(nrocos) kalau kena sinar yang terang terasa sakit
b. Tahap Lanjut (hari ke-4 sampai hari ke-5)
1.
Anak bertambah panas, batuk
semakin ngikil dan ingusnya semakin bertambah banyak
2.
Keluar bintik-bintik merah.
Kalau ibu-ibu sekalian mengamati, ternyata bintik –bintik merah tersebut muncul
pertama kali dari belakang telinga kemudian ke dahi kemudian ke leher dan
kemudian menjalar ke badan sampai ke ke dua kaki si anak
3.
Setelah bintik-bintik merah itu
tersebar merata ke seluruh tubuh, baru panas badannya turun.
c. Tahap Penyembuhan (hari ke-6 sampai hari
ke-9)
1.
Biasanya mulai hari ke-6
bintik-bintik merah akan berubah warnanya menjadi kehitaman dan akan mulai
berangsur-angsur hilang.
2.
Pada saat itu juga, panas badan
sudah mulai menurun, batuk dan pilek sudah mulai sembuh
3.
Mekanisme penyebaran
penyakit campak
Menurut Pantirapih (2009) Penularan penyakit
campak yaitu dari orang ke orang melalui percikan ludah dan transmisi melalui
udara ( sampai 2 jam setelah penderita campak meninggalkan ruangan). Waktu
Penularan: 4 hari sebelum dan 4 hari setelah ruam. Penularan maksimum pada 3-4
hari setelah ruam.
Virus campak ditularkan melalui udara atau
droplet partikel ludah. Penularan melalui parenteral biasanya mempunyai masa
inkubasi yang lebih singkat. (Djauzi, 2007)
Menurut Muhammad (2011) Campak adalah penyakit menular. Saat penderita campak batuk atau
bersin maka penderita akan menyemprotkan titik-titik
cairan ludah atau ingus
yang banyak mengandung kuman Campak. Bayi atau anak yang berada di dekat
penderita akan terkena percikan ludah atau ingus yang mengandung kuman Campak
tersebut. Setelah itu kumannya masuk ke saluran nafas si-bayi atau si-anak yang
ada di dekatnya tadi melalui hidung. Jadinya anak atau bayi tersebut ketularan
penyakit campak.
Virus campak ditularkan secara langsung dari
droflet infeksi, dan agak jarang dengan penularan lewat udara (airborne
spread). Virus campak sangat sensitif terhadap panas, sangat mudah rusak
pada suhu 37°C. Toleransi terhadap perubahab pH baik sekali. Bersifat sensitif
terhadap eter, cahaya, trysine. Virus mempunyai jangka waktu hidup yang pendek
(short survival time) yaitu kurang dari dua jam. Apabila disimpan pada
laboratorium, suhu penyimpanan yang baik adalah pada suhu -70°C. (Ranuh, dkk 2008)
4.
Komplikasi
penyakit campak
Menurut
Pantirapih (2009) komplikasi penyakit campak yang sering terjadi yaitu Diare
yang dapat diikuti dehidrasi, Radang paru-paru, Malnutrisi, radang telinga
tengah, Sariawan, Komplikasi mata. Sedangkan komplikasi yang jarang terjadi
yaitu Encephalitis / radang otak, Myocarditis / radang otot jantung, Pneumonia / radang paru-paru, Subacute
Sclerosing Pan Encephalitis (SSPE) : proses degeneratif susunan saraf pusat Disebabkan
karena infeksi virus yang menetap.
Komplikasi
campak di kemudian hari adalah kurang gizi sebagai akibat diare berulang dan
berkepanjangan pasca campak, gejala penyakit tuberkulosis paru yang lebih parah
pasca mengidap penyakit campak yang berat yang disertai pneumonia. (Ranuh,
2008)
5.
Pengobatan
Dan Pencegahan
Pada umumnya
penyakit Campak dapat sembuh dengan sempurna. Komplikasi terjadi bila kekebalan
anak tidak bagus atau anak menderita kurang gizi. Pengobatan bersifat suportif,
terdiri dari pemberian cairan yang cukup, suplemen nutrisi, obat anti-demam, obat
batuk dan pilek. Bila tidak ada komplikasi dilakukan rawat jalan. Rawat Inap
bila demam tinggi (>39ÂșC), dehidrasi, kejang, asupan makanan / minuman
sulit, atau adanya komplikasi. Pemberian
Vitamin A (100.000 IU untuk anak usia 6-12 bulan dan 200.000 IU untuk >12
bulan. Vitamin A ini berfungsi untuk perbaikan selaput lendir ( mata, mulut,
hidung, usus) yang meradang. (Pantirapih, 2008)
Tidak ada pengobatan
khusus untuk campak. Anak sebaiknya menjalani istirahat. Untuk menurunkan
demam, diberikan asetaminofen atau ibuprofen. Jika terjadi infeksi bakteri,
diberikan antibiotik. maka dari itu harus berjaga-jaga. Vaksin campak merupakan
bagian dari imunisasi rutin pada anak-anak. Vaksin biasanya diberikan dalam
bentuk kombinasi dengan gondongan dan campak Jerman (vaksin MMR/mumps, measles,
rubella), disuntikkan pada otot paha atau lengan atas. (Wikipedia, 2012)
Pengobatan
terhadap campak merupakan terapi supportif, karena penyakit ini bersifat sembuh
sendiri. Pengobatan yang penting berupa penggantian cairan yang baik karena
banyak cairan yang hilang karena demam, diare maupun muntah. Cairan infus juga
penting apabila pasien sudah kehilangan cairan berat. Pasien juga harus dirawat
di Rumah Sakit jikalau telah ditemui komplikasi dari campak. Suplemen vitamin
A, terutama pada anak dan penderita yang kekurangan vitamin A, harus diberikan
segera. Juga peran dari obat anti-virus dapat diberikan pada pasien campak
berat. (Sabat, 2012)
Jika hanya
mengandung campak, vaksin dibeirkan pada umur 9 bulan. Dalam bentuk MMR, dosis
pertama diberikan pada usia 12-15 bulan, dosis kedua diberikan pada usia 4-6
tahun. selain itu penderita juga harus disarankan untuk istirahat minimal 10
hari dan makan makanan yang bergizi agar kekebalan tubuh meningkat. (Wikipedia,
2012)
FADHIL AKMAL