A.
PENGERTIAN
Hipertensi
adalah tekanan darah persisten dimana
tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya di atas 90 mmHg.
Pada populasi manula, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160
mmhg dan tekanan diastolic 90 mmHg ( Smeltzer, 2001).
Menurut Price (2005) Tekanan darah tinggi
atau hipertensi
adalah kondisi medis di mana terjadi peningkatan tekanan darah
secara kronis (dalam jangka waktu lama). Penderita yang mempunyai
sekurang-kurangnya tiga bacaan tekanan darah yang melebihi 140/90 mmHg saat
istirahat diperkirakan mempunyai keadaan darah tinggi.
Hipertensi berasal dari dua kata yaitu hiper yang berarti tinggi dan tensi
yang artinya tekanan darah. Menurut American
Society of Hypertension (ASH), pengertian hipertensi adalah suatu sindrom
atau kumpulan gejala kardiovaskuler yang progresif, sebagai akibat dari kondisi
lain yang kompleks dan saling berhubungan (Sani, 2008).
Dari
pengertian diatas dapat disimpulkan, hipertensi adalah peningkatan tekanan
darah secara kronis dan persisten dimana tekanan sistolik diatas 140 mmHg dan
tekanan diastoliknya di atas 90 mmHg.
B.
ETIOLOGI
Sekitar
20% populasi dewasa mengalami hipertensi, lebih dari 90% diantara mereka
menderita hipertensi essensial (primer), dimana tidak dapat ditentukan penyebab
medisnya. Sisanya mengalami kenaikan tekanan darah dengan penyebab tertentu
(hipertensi sekunder). (
Smeltzer, 2001).
Hipertensi
berdasarkan penyebabnya dibagi menjadi 2 jenis :
1. Hipertensi primer
atau esensial adalah hipertensi yang tidak / belum diketahui penyebabnya
(terdapat pada kurang lebih 90 % dari seluruh hipertensi).
2. Hipertensi sekunder
adalah hipertensi yang disebabkan/ sebagai akibat dari adanya penyakit lain. ( Smeltzer, 2001).
Hipertensi primer kemungkinan memiliki banyak
penyebab, seperti; beberapa perubahan pada jantung dan pembuluh darah
kemungkinan bersama-sama menyebabkan meningkatnya tekanan darah. (Price, 2005)
Jika penyebabnya diketahui, maka disebut
hipertensi sekunder. Pada sekitar 5-10% penderita hipertensi, penyebabnya
adalah penyakit ginjal. Pada sekitar 1-2%, penyebabnya adalah kelainan
hormonal atau
pemakaian obat tertentu (misalnya pil KB). ( Smeltzer, 2001)
Penyebab hipertensi lainnya yang jarang
adalah feokromositoma, yaitu tumor pada kelenjar adrenal yang menghasilkan
hormon epinefrin (adrenalin) atau norepinefrin (noradrenalin). (Price, 2005)
Beberapa penyebab
terjadinya hipertensi sekunder :
1.
Penyakit Ginjal
a.
Stenosis
arteri renalis
b.
Pielonefritis
c.
Glomerulonefritis
d.
Tumor-tumor
ginjal
e.
Penyakit
ginjal polikista (biasanya diturunkan)
f.
Trauma pada ginjal (luka yang mengenai ginjal)
g.
Terapi penyinaran yang mengenai ginjal.
2.
Kelainan
Hormonal
a. Hiperaldosteronism
c. Feokromositoma
3.
Obat-obatan
a. Pil KB
b. Kortikosteroid
c. Siklosporin
d. Eritropoietin
e. Kokain
g. Kayu manis
(dalam jumlah sangat besar)
4.
Penyebab
Lainnya
a. Koartasio aorta
b. Preeklamsi pada kehamilan
c. Porfiria
intermiten akut
d. Keracunan timbal akut
Adapun penyebab
lain dari hipertensi yaitu :
a. Peningkatan kecepatan denyut jantung
b. Peningkatan volume sekuncup yang
berlangsung lama
c. Peningkatan TPR yang berlangsung lama
D. Faktor predisposisi
Berdasarkan faktor pemicu, Hipertensi dapat disebabkan oleh beberapa
hal seperti umur, jenis kelamin, dan keturunan. Hipertensi juga banyak dijumpai
pada penderita kembar monozigot (satu telur), apabila salah satunya menderita
Hipertensi. Dugaan ini menyokong bahwa faktor genetik mempunyai peran didalam
terjadinya Hipertensi. (Smeltzer,
2001).
Sedangkan yang dapat dikontrol seperti
kegemukan/obesitas, stress, kurang olahraga, merokok, serta konsumsi alkohol
dan garam. Faktor lingkungan ini juga berpengaruh terhadap timbulnya hipertensi
esensial. Hubungan antara stress dengan Hipertensi, diduga melalui aktivasi
saraf simpatis. Saraf simpatis adalah saraf yang bekerja pada saat kita
beraktivitas, saraf parasimpatis adalah saraf yang bekerja pada saat kita tidak
beraktivitas. (Price, 2005)
Peningkatan aktivitas saraf simpatis dapat
meningkatkan tekanan darah secara intermitten (tidak menentu). Apabila stress
berkepanjangan, dapat mengakibatkan tekanan darah menetap tinggi. Walaupun hal
ini belum terbukti, akan tetapi angka kejadian di masyarakat perkotaan lebih
tinggi dibandingkan dengan di pedesaan. Hal ini dapat dihubungkan dengan
pengaruh stress yang dialami kelompok masyarakat yang tinggal di kota. (Price, 2005)
Berdasarkan penyelidikan, kegemukan merupakan ciri khas
dari populasi Hipertensi dan dibuktikan bahwa faktor ini mempunyai kaitan yang
erat dengan terjadinya Hipertensi
dikemudian hari. Walaupun belum dapat dijelaskan hubungan antara obesitas dan
hipertensi esensial, tetapi penyelidikan membuktikan bahwa daya pompa jantung
dan sirkulasi volume darah penderita obesitas dengan hipertensi lebih tinggi
dibandingan dengan penderita yang mempunyai berat badan normal. ( Smeltzer, 2001).
E.
Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi
pembuluh darah terletak di pusat vasomotor, pada medulla di otak. Dari pusat
vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis
dan keluar dari kolumna medulla spinalis ke ganglia simpatis di torak dan
abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang
bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik
ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang merangsang serabut saraf
pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya norepinefrin
mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan
ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsangan
vasokonstriktor. Individu dengan hipertensi sangat sensitive terhadap
norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi. (Smeltzer, 2001).
Pada saat bersamaan dimana system simpatis merangsang pembuluh
darah sebagai respon rangsang emosi. Kelenjar adrenal juga terangsang,
mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi
epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol
dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respon vasokonstriktor pembuluh
darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal,
mengakibatnkan pelepasan rennin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I
yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, saat vasokonstriktor kuat, yang
pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormone ini
menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan
peningkatan volume intravaskuler. Semua faktor tersebut cenderung mencetuskan keadaan
hipertensi. (Price, 2005)
F.
PATHWAY (Smeltzer, 2001).
G.
Manefestasi Klinis
Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan gejala;
meskipun secara tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan dipercaya
berhubungan dengan tekanan darah tinggi (padahal sesungguhnya tidak). Gejala
yang dimaksud adalah sakit kepala, perdarahan dari hidung, pusing, wajah kemerahan dan kelelahan; yang bisa
saja terjadi baik pada penderita hipertensi, maupun pada seseorang dengan
tekanan darah yang normal. (Price, 2005)
Jika hipertensinya berat atau menahun dan tidak diobati, bisa timbul
gejala berikut:
- Sakit kepala
- Kelelahan
- Mual
- Muntah
- Sesak nafas
- Gelisah
Pandangan menjadi kabur yang terjadi karena adanya kerusakan pada otak,
mata, jantung dan ginjal. (Price, 2005)
Kadang penderita hipertensi berat
mengalami penurunan kesadaran dan bahkan koma karena terjadi pembengkakan otak. Keadaan ini disebut ensefalopati hipertensif, yang memerlukan
penanganan segera. (Price, 2005)
H.
Klasifikasi
The Joint National Committee on Detection,
Evaluation and Treatment of High Blood Pressure
membuat suatu klasifikasi baru yaitu :
Klasifikasi Tekanan Darah untuk Dewasa Usia 18 Tahun
atau Lebih *
|
||
Kategori
|
Sistolik
(mmhg)
|
Diastolik
(mmhg)
|
Normal
|
< 130
|
<85
|
Normal tinggi
|
130-139
|
85-89
|
Hipertensi
|
||
Tingkat 1 (ringan)
|
140-159
|
90-99
|
Tingkat 2 (sedang)
|
160-179
|
100-109
|
Tingkat 3 (berat)
|
≥180
|
≥110
|
Tidak minum obat antihipertensi dan
tidak sakit akut. Apabila tekanan sistolik dan diastolik turun dalam kategori
yang berbeda, maka yang dipilih adalah kategori yang lebih tinggi. berdasarkan
pada rata-rata dari dua kali pembacaan atau lebih yang dilakukan pada setiap
dua kali kunjungan atau lebih setelah skrining awal. (Smeltzer, 2001).
Pada pemeriksaan
tekanan darah akan didapat dua angka. Angka yang lebih tinggi diperoleh pada
saat jantung berkontraksi (sistolik), angka yang lebih rendah diperoleh
pada saat jantung berelaksasi (diastolik). Tekanan darah kurang dari
120/80 mmHg didefinisikan sebagai "normal". Pada tekanan darah
tinggi, biasanya terjadi kenaikan tekanan sistolik dan diastolik. Hipertensi
biasanya terjadi pada tekanan darah 140/90 mmHg atau ke atas, diukur di kedua lengan tiga
kali dalam jangka beberapa minggu. (Price, 2005)
Pada hipertensi
sistolik terisolasi, tekanan sistolik mencapai 140 mmHg atau lebih, tetapi
tekanan diastolik kurang dari 90 mmHg dan tekanan diastolik masih dalam kisaran
normal. Hipertensi ini sering ditemukan pada usia lanjut. Sejalan dengan
bertambahnya usia, hampir setiap orang mengalami kenaikan tekanan darah;
tekanan sistolik terus meningkat sampai usia 80 tahun dan tekanan diastolik
terus meningkat sampai usia 55-60 tahun, kemudian berkurang secara perlahan
atau bahkan menurun drastis. (Price, 2005)
Disamping itu juga
terdapat hipertensi pada kehamilan (pregnancy-induced hypertension/PIH) PIH
adalah jenis hipertensi sekunder karena hipertensinya reversible setelah bayi
lahir. PIH tampaknya terjadi akibat dari kombinasi peningkatan curah jantung
dan TPR. Selama kehamilan normal volume darah meningkat secara drastis. Pada
wanita sehat, peningkatan volume darah diakomodasikan oleh penurunan
responsifitas vascular terhadap hormon-hormon vasoaktif, misalnya angiotensin
II. Hal ini menyebabkan TPR berkurang pada kehamilan normal dan tekanan darah
rendah. Pada wanita dengan PIH, tidak terjadi penurunan sensitivitas terhadap
vasopeptida-vasopeptida tersebut, sehingga peningkatan besar volume darah
secara langsung meningkatkan curah jantung dan tekanan darah. PIH dapat timbul
sebagai akibat dari gangguan imunologik yang mengganggu perkembangan plasenta.
PIH sangat berbahaya bagi wanita dan dapat menyebabkan kejang, koma, dan
kematian. (Smeltzer, 2001).
I.
Komplikasi
Adapun komplikasi yang dapat terjadi
pada penyakit hipertensi menurut TIM POKJA RS Harapan Kita (2003:64) dan Dr.
Budhi Setianto (Depkes, 2007) adalah
diantaranya :
1. Penyakit pembuluh darah otak seperti
stroke, perdarahan otak, transient ischemic attack (TIA).
2. Penyakit jantung seperti gagal jantung,
angina pectoris, infark miocard acut (IMA).
3. Penyakit ginjal seperti gagal ginjal.
4. Penyakit mata seperti perdarahan retina,
penebalan retina, oedema pupil.
J.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang menurut FKUI
(2003:64) dan Dosen Fakultas kedokteran USU, Abdul Madjid (2004), meliputi :
1. Pemeriksaan laboratorium rutin yang
dilakukan sebelum memulai terapi bertujuan menentukan adanya kerusakan organ
dan factor resiko lain atau mencari penyebab hipertensi. Biasanya diperiksa
urin analisa, darah perifer lengkap, kimia darah (kalium, natrium, kreatinin,
gula darah puasa, kolesterol total, HDL, LDL
2. Pemeriksaan EKG. EKG (pembesaran
jantung, gangguan konduksi), IVP (dapat mengidentifikasi hipertensi, sebagai
tambahan dapat dilakukan pemerisaan lain, seperti klirens kreatinin, protein,
asam urat, TSH dan ekordiografi.
3. Pemeriksaan diagnostik meliputi BUN
/creatinin (fungsi ginjal), glucose (DM) kalium serum (meningkat menunjukkan
aldosteron yang meningkat), kalsium serum (peningkatan dapat menyebabkan
hipertensi: kolesterol dan tri gliserit (indikasi pencetus hipertensi),
pemeriksaan tiroid (menyebabkan vasokonstrisi), urinanalisa protein, gula
(menunjukkan disfungsi ginjal), asam urat (factor penyebab hipertensi).
4. Pemeriksaan radiologi
: Foto dada dan CT scan
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
A.
Pengkajian
1.
Aktivitas
dan Istirahat
Gejala : kelemahan,
keletihan, napas pendek, gaya hidup monoton.
Tanda : frekuensi jantung
meningkat, perubahan irama jantung, takipnea
2.
Sirkulasi
Gejala : riwayat hipertensi,
aterosklerosis, penyakit jantung koroner/katup dan penyakit serebrovaskular.
Episode palpitasi, perspirasi.
Tanda : kenaikan TD (pengukuran serial
dari kenaikan tekanan darah diperlukan untuk menegakan diagnosis). Hipotensi
postural (mungkin berhubungna dengan regimen obat ). Nadi : denyutan jelas dari
karotis, jugularis, radialis ; perbedaan denyut seperti denyut femoral melambat
sebagai kompensasi denyutan radialis atau brakialis; denyut popliteal, tibialis
posterior, pedalis tidak teraba atau lemah. Frekuensi/irama : takikardia
berbagai disritmia. Bunyi jantung : terdengar S2 pada dasar ; S3 (CHF dini); S4
(pergeseran ventrikel kiri/hipertrofi ventrikel kiri). Murmur stenosis
valvular. Ekstremitas ; perubahan warna kulit, suhu dingin (vasokonstriksi
perifer) ; pengisian kapiler mungkin melambat /tertunda (vasokonstriksi)
3.
Integritas
ego
Gejala : riwayat perubahan kepribadian, ansietas,
depresi, euphoria, atau marah kronik (dapat mengindikasikan kerusakan
serebral). Faktor-faktor
stress multiple(hubungan, keuangan, yang berkaitan dengan pekerjaan).
Tanda : letupan
suara hati, gelisah, penyempitan kontinu perhatian, tangisan yang meledak.
Gerak tangan empati, otot muka tegang (khusus sekitar mata), gerakan fisik
cepat, pernapasan menghela, peningkatan pola bicara.
4.
Eliminasi
Gejala : gangguan ginjal saat ini atau
yang lalu (seperti, infeksi/obstruksi atau riwayat penyakit ginjal dimasa lalu).
5.
Makanan
dan Cairan
Gejala
: makanan yang disukai, yang dapat mencakup makanan tinggi garam, tinggi lemak,
tinggi kolesterol (seperti makanan yang digoreng, keju, telur); kandungan
tinggi kalori. Mual, muntah. Perubahan
berat badan akhir-akhir ini (meningkat/menurun).
Tanda : berat badan normal atau obesitas. Adanya edema
(mungkin umum atau tertentu); kongesti vena;
glukosuria (hampir 10% pasien hipertensi adalah diabetik)
6.
Neurosensori
Gejala : keluhan pening/pusing.
Berdenyut. Sakit kepala suboksipital (terjadi saat bangun dan menghilang secara
spontan stelah beberapa jam ). Episode kebas/kelemahan pada satu sisi tubuh. Gangguan
penglihatan (diplopia, penglihatan kabur).
Tanda : status
mental : perubahan keterjagaan, orientasi, pola/isi bicara, afek, proses pikir,
atau memori (ingatan). Respon motorik : penurunan kekuatan genggaman tangan dan
/atau reflex tendon dalam. Perubahan-perubahan retinal optik: dari
sklerosis/penyempitan arteri ringan sampai berat dan perubahan sklerotik dengan
edema atau papiledema, eksudat, dan hemoragi tergantung pada berat/lamanya
hipertensi.
7.
Nyeri
dan ketidaknyamanan
Gejala : angina
(penyakit arteri koroner/keterlibatan jantung). Nyeri hilang timbul pada
tungkai/klaudasi (indikasi arteriosklerosis pada arteri ekstremitas bawah).
Sakit kepala oksipital berat seperti yang pernah terjadi sebelumnya. Nyeri
abdomen/massa (feokromositoma)
8.
Pernafasan
Gejala : dispnea
yang berkaitan dengan aktivitas/kerja. Takipnea, ortopnea, dispnea nokturnal paroksismal.
Batuk dengan/tanpa pembentukan sputum, riwayat merokok.
Tanda : distress
respirasi/penggunaan otot aksesori pernapasan. Bunyi
napas tambahan (krekles/mengi). Sianosis.
9.
Keamanan
Gejala : gangguan
koordinasi/cara berjalan. Episode
parestesia unilateral transien. Hipotensi posturnal.
10. Pembelajaran dan Penyuluhan
Gejala : faktor-faktor risiko keluarga
:hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung, DM, penyakit
serebrovaskular/ginjal.
C. Diagnosa dan Rencana Keperawatan
No
|
Diagnosa
Keperawatan
|
Tujuan
|
Intervensi
|
Rasional
|
1
|
Pola
nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan ekspansi paru akibat oedem paru
|
Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan pola
nafas pasien kembali efektif, dengan kriteria hasil :
a.
RR 16-20 x/mnt
b.
Tidak ada pernafasan cuping hidung, dan retraksi dada
c.
Bunyi nafas normal (vesikuler) tidak ada bunyi
nafas tambahan spt : krakels, ronchi
d. Ekspansi dada simetris
e.
Secara verbal tidak ada keluhan sesak
|
1.1. Kaji frekwensi kedalamam pernafasan dan ekspansi
dada. Catat upaya pernafasan termasuk penggunaan otot-otot bantu
1.2. Askultasi bunyi nafas dan catat adanya bunyi nafas
adventisius, spt :krekels,mengi, gesekan pleural
1.3. Berikan posisi semi fowler bila tidak ada kontra
indikasi
1.4. Kolaborasi pemberian oksigen
|
1. Kedalaman dan kecepatan pernafasan bervariasi
tergantung derajat gagal nafas. Ekspansi dada yang terbatas berhubungan
dengan atelektasis / nyeri dada pleuritik.
2. Penurunan bunyi nafas akibat obstruksi sekunder
terhadap perdarahan, kolaps jalan nafas serta kegagalan jalan nafas
3. Memperbaiki jalan dan saturasi pernafasan
4. Memaksimalkan pernafasan dan menurunkan kerja otot
pernafasan
|
2
|
Gangguan
perfusi serebral berhubungan dengan penurunan suplai oksigen otak
|
Setelah
diberikan asuhan keperawatan diharapkan Perfusi jaringan serebral pasien
kembali efektif, dengan kriteria hasil :
1.
GCS normal ( 15 )
2.
Nilai TIK dalam batas normal (
0-15 mmHg )
3.
TTV normal ( RR 16-20 )
|
2.1.
Pantau TD, catat adanya hipertensi sistolik secara terus menerus dan
tekanan nadi yang semakin berat.
2.2.
Pantau frekuensi jantung, catat adanya Bradikardi, Tacikardia atau bentuk
Disritmia lainnya.
2.3.
Pantau pernapasan meliputi pola dan iramanya
2.4.
Catat status neurologis dengan teratur dan bandingkan dengan keadaan
normalnya
2.5.
Berikan obat anti hipertensi
|
1. Normalnya autoregulasi mempertahankan aliran darah otak
yang konstan pada saat ada fluktuasi TD sistemik. Kehilangan autoregulasi
dapat mengikuti kerusakan kerusakan vaskularisasi serebral lokal/menyebar.
2. Perubahan pada ritme (paling sering Bradikardi) dan
Disritmia dapat timbul yang mencerminkan adanya depresi/trauma pada batang
otak pada pasien yang tidak memiliki kelainan jantung sebelumnya.
3. Napas yang tidak teratur dapat menunjukkan lokasi
adanya gangguan serebral dan memerlukan intervensi yang lebih lanjut.
4. Pengkajian kecenderungan adanya perubahan tingkat
kesadaran adalah sangat berguna dalam menentukan lokasi penyebaran/luasnya
dan perkembangan dari kerusakan serebral.
5. Efektif dalam menurunkan tekanan
|
3
|
Penurunan
curah jantung berhubungan dengan Peningkatan afterload, vasokontriksi
pembuluh darah.
|
Setelah
diberikan asuhan keperawatan diharapkan curah jantung pasien mulai normal
dengan criteria hasil :
1.
tidak adanya
sianosis
2.
CRT < 2 dtk
3.
Akral hangat
4.
RR Normal ( 16-20
x/mnt)
5.
Tidak ada
bunyi jantung tambahan
6. GCS normal (E,V,M = 15)
7. Haluaran urine dalam batas normal (400 ml / 24 jam)
warna kuning jernih.
|
3.1 Pantau TD. Ukur pada kedua tangan untuk evaluasi awal.
Gunakan ukuran manset yang tepat dan teknik yang akurat.
3.2 Catat keberadaan, kualitas denyutan sentral dan perifer
3.3 Auskultasi tonus jantung dan bunyi nafas
3.4 Amati warna kulit, kelembaban, suhu dan masa pengisian
kapiler
3.5 Pertahankan pembatasan aktivitas seperti istirahat di
tempat tidur/ kursi, jadwal periode istirahat tanpa gangguan, bantu pasien
melakukan aktivitas perawatan diri sesuai kebutuhan
3.6 Berikan lingkungan tenang, nyaman, kurangi aktivitas /
keributan lingkungan. Batasi jumlah
pengunjung dan lamanya tinggal.
3.7 Kolaborasi :
Berikan obat-obat sesuai indikasi seperti Diuretik dan tiazid
|
1. Perbandingan dari tekanan memberikan gambaran yang
lebih lengkap tentang keterlibatan/ bidang masalah vaskular.
2.
Denyutan karotis ,jugularis,radialis dan femoralis mungkin
terpalpasi. Denyut pada tungkai mungkin menurun, mencerminkan efek dari
vasokontriksi ( peningkatan SVR ) dan kongesti vena
3.
S4 umum
terdengar pada pasien hipertensi berat karena adanya hipertrofi atrium.
Adanya krakel, mengi dapat mengindikasikan kongesti paru sekunder terhadap
terjadinya atau gagal jantung kronik
4.
Adanya pucat, dingin, kulit lembab
dan masa pengisian kapiler lambat mungkin berkaitan dengan vasokontriksi atau
mencerminkan dekompensasi/penurunan curah jantung.
5. Menurunkan stres dan ketegangan yang mempengaruhi
tekanan darah dan perjalanan penyakit hipertensi
6. Membantu untuk menurunkan rangsang simpatis;
meningkatkan relaksasi.
7. Tiazid mungkin digunakan sendiri atau dicampur dengan
obat lain untuk menurunkan TD pada pasien dengan fungsi ginjal yang relatif
normal. Diuretik ini memperkuat agen-agen antihipertensi lain dengan
membatasi retensi cairan. Vasodilator menurunkan aktivitas kontriksi arteri
dan vena pada ujung saraf simpatik.
|
4
|
Nyeri
akut / kronis berhubungan dengan peningkatan tekanan vascular serebral dan
iskemia miokard
|
Setelah
diberikan asuhan keperawatan diharapkan Nyeri pasien berkurang dengan
kriteria hasil :
1.
Mengungkapkan metode yang memberikan pengurangan
2.
Mengikuti regimen farmakologi yang diresepkan
3.
Skala nyeri 0-1
4.
Wajah tidak meringis / wajah nampak rileks
5.
Menyatakan nyeri berkurang
|
4.1
Kaji derajat nyeri
4.2
Pertahankan tirah baring selama fase akut
4.3
Berikan tindakan nonfarmakologi untuk menghilangkan sakit kepala atau
nyeri dada misal, kompres dingin pada dahi, pijat punggung dan leher, teknik
relaksasi (panduan imajinasi,
distraksi) dan aktivitas waktu senggang.
4.4
Minimalkan aktivitas vasokontriksi yang dapat meningkatkan sakit
kepala misalnya, mengejan saat BAB, batuk panjang, membungkuk.
4.5
Kaji tanda-tanda vital
4.6
Kolaborasi :
Analgesik,Antiansietas mis, lorazepam, diazepam
|
1. Mengetahui derajat nyeri yang dirasakan pasien dan
mempermudah intervensi
2. Meminimalkan stimulasi/meningkatkan relaksasi
3. Tindakan yang menurunkan tekanan vaskular serebral
dan yang memperlambat/ memblok respon simpatis efektif dalam menghilangkan
sakit kepala dan komplikasinya.
4. Aktivitas yang meningkatkan vasokontriksi
menyebabkan sakit kepala pada adanya penigkatan tekanan vaskular serebral.
5. Mengetahui keadaan umum pasien. Peningkatan
tanda-tanda vital mengindikasikan nyeri belum dapat terkontrol.
6. Menurunkan/mengontrol nyeri dan menurunkan rangsang
sistem saraf simpatis.
|
5
|
Kelebihan volume cairan berhubungan dengan edema
|
Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan pasien
menunjukkan keseimbangan volume cairan dengan kriteria :
1.
Masukan dan haluaran seimbang
2.
BB stabil
3.
Tanda vital dalam rentang normal ( N : 70 – 80 x mnt, R : 16 – 20 x /mnt,
S : 36 – 37,2, T : 120 / 80 mmHg)
4.
Oedema tidak ada
|
5.1
Awasi denyut jantung, TD, CVP
5.2
Catat pemasukan dan pengeluaran secara akurat.
5.3
Awasi berat jenis urine
5.4
Timbang tiap hari dengan alat dan pakaian yang sama
5.5
Kaji kulit, wajah area tergantung untuk edema
5.6
Berikan obat sesuai indikasi (diuretik)
|
1. Tacikardi dan hipertensi terjadi karena kegagalan
ginjal untuk mengeluarkan urine, pembatasan cairan
berlebih selama mengobati hipovolemia/hipotensi atau perubahan fase oliguri
gagal ginjal dan perubahan pada renin-angiotensin.
2. Perlu untuk menentukan fungsi gnjal, kebutuhan
penggantian cairan
3. Mengukur kemampuan ginjal untuk mengkonsentrasikan
urine
4. Penimbangan berat badan harian adalah pengawasan status
cairan terbaru. Peningkatan berat badan lebih dari 0,5 kg per hari diduga ada
retensi cairan.
5. Edema terjadi terutama pada jaringan yang tergantung
pada tubuh contoh : tangan, kaki, area lumbosakral
6. Membantu dalam pengeluaran cairan
|
6
|
Intoleransi
aktivitas berhubungan dengan Kelemahan umum dan ketidakseimbangan antara
suplai dan kebutuhan oksigen
|
Setelah
diberikan asuhan keperawatan diharapkan pasien dapat berpartisipasi dalam
aktivitas yang diinginkan/diperukan dengan kriteria hasil :
1.
Melaporkan peningkatan dalam toleransi aktivitas yang dapat diukur
2.
Menunjukkan penurunan dalam tanda-tanda intoleransi fisiologi
|
6.1 Kaji respon pasien terhadap aktivitas, perhatikan
frekuensi nadi lebih dari 20 kali per menit di atas frekuensi istirahat,
peningkatan tekanan darah yang nyata selama /sesudah aktivitas, dpsnea atau
nyeri dada, keletihan dan kelemahan yang berlebihan, diaforesis, pusing atau
pingsan
6.2 Instruksikan pasien tentang teknik penghematan energi ,
misalnya menggunakan kursi saat mandi, duduk saat menyisir rambut atau
menggosok gigi, melakukan aktivitas dengan perlahan
6.3 Kaji sejauh mana aktivitas yang dapat ditoleransi
6.4 Mendorong kemandirian dalam melakukan aktivitas
|
1. Menyebutkan parameter membantu dalam mengkaji
respons fisiologi terhadap stres aktivitas dan bila ada, merupakan indikator
dari kelebihan kerja yang berkaitan dengan tingkat aktivitas.
2. Teknik menghemat energi mengurangi penggunaan
energi, juga membantu keseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.
3.
Mengidentifikasi sejauh mana kemampuan pasien dalam melakukan
aktivitas dan prwt diri.
4. Kemajuan aktivitas bertahap mencegah peningkatan
kerja jantung tiba-tiba. Memberikan bantuan hanya sebatas kebutuhan hanya
akan mendorong kemandirian dalam melakukan aktivitas
|
7
|
Gangguan
persepsi sensori : penglihatan berhubungan dengan penekanan saraf optikus
|
Setelah diberikan tindakan keperawatan,
diharapkan pengelihatan pasien semakin membaik, dengan criteria :
1.
Menyatakan
pengelihatan semakin membaik
2.
Visus
normal ( 6/6 )
3.
Refraksi
mata baik
4.
Tidak
ada disorientasi waktu, orang dan tempat
|
7.1
Kaji
kemampuan melihat pasien
7.2
Berikan kompres hangat pada mata
7.3
Bantu
kebutuhan pasien dalam rentang pasien mengalami penurunan pengelihatan
7.4
Kolaborasi dalam pemeriksaan mata dan penggunaan alat bantu pengelihatan
|
1.
Untuk
mengidentifikasi kemampuan melihat dan menyusun rencana tindakan.
2.
Meningkatkan
vaskularisasi pada area mata
3.
Menghindari resiko cidera dan kesalahan
intepretasi yang dapat mengancam jiwa pasien
4.
Menghindari disorientasi waktu, orang dan tempat
|
8
|
Risiko
cedera berhubungan dengan penurunan kesadaran , penglihatan ganda ( diplopia )
|
Setelah
diberikan asuhan keperawatan diharapkan pasien tidak mengalami cidera
dengan kriteria hasil :
1.
Pasien
tidak mengalami cedera.
2.
Tidak
|
8.1 Jauhkan dari
benda-benda tajam
8.2 Berikan penerangan
yg cukup
8.3 Usahakan lantai
tidak licin dan basah
8.4 Pasang side rail
8.5 Anjurkan pada
keluarga klien untuk selalu menemani klien dalam beraktivitas
|
1.
Meminimalkan risiko cedera
2.
Meminimalkan terjadinya benturan
3.
Meminimalkan klien jatuh
4.
Menghindari klien terjatuh pada saat istirahat
5.
Untuk meningkatkan menjaga keamanan
|
9
|
PK : Gagal Jantung
|
Setelah diberikan tindakan keperawatan, diharapkan
pasien tidak mengalami gagal jantung
1. Nadi 70 – 80 x/mnt
2. Nyeri tidak ada
3. Sianosis tidak ada
|
1.1 Pantau adanya tanda – tanda gagal jantung
1.2 Kolaborasi dengan dokter bagian dalam ( jantung)
|
1. Pemantauan, penanganan sedini mungkin dan mencegah
kerusakan lebih lanjut
2. Pemberian
therapi sedini mungkin dengan pertimbangan therapi yang tepat akan mampu
menyelamatkan jiwa pasien
|
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar : Keperawatan
Medikal Bedah Vol 2, Jakarta : EGC
Chung, E.K. 1995. Penuntun
Praktis Penyakit Kardiovaskuler, Edisi III, diterjemahkan oleh
Petrus Andryanto, Jakarta : EGC
Doenges,M.
E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman
Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan
Pasien
Edisi 3. Jakarta : EGC
Gunawan,
Lany. 2001. Hipertensi : Tekanan Darah Tinggi , Yogyakarta,
Penerbit Kanisius
Marvyn, Leonard. 1995. Hipertensi : Pengendalian lewat
vitamin, gizi dan diet, Jakarta : Penerbit Arcan
NANDA.2006. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda
2005-2006: definisi dan Klasifikasi. Jakarta : EGC.
NANDA,
2007-2008. Diagnosa Nanda (Nic &
Noc), Disertai Dengan Discharge Planning.
Price, S, A. 2005. Patofisiologi
: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 6 volume 1. Jakarta ; EGC
Smeltzer, Suzanne C.
2001. Keperawatan Medikal-Bedah edisi 8
volume 2. Jakarta :EGC
Sobel, Barry J, et all.1999. Hipertensi : Pedoman Klinis Diagnosis dan
Terapi, Jakarta : Penerbit Hipokrates
Tom, S. 1995. Tekanan darah Tinggi : Mengapa terjadi,
Bagaimana mengatasinya ?, Jakarta : Arcan
Peter.S.
1996. Tekanan Darah Tinggi, Alih Bahasa : Meitasari Tjandrasa Jakarta
: Arcan.
Tucker, S.M, et all . 1998. Standar
Perawatan Pasien : Proses Keperawatan, diagnosis dan evaluasi ,
Edisi V, Jakarta : EGC
DOWNLOAD VERSI DOCX DISINI
DOWNLOAD VERSI DOCX DISINI
|
FADHIL AKMAL
MASUKKAN TOMBOL TWEET DISINI |
|
10 komentar:
Artikel yg sangat bagus
numang romosi gan
kunjungi blog saya myjanuariusners.blogspot.dl.id
Artikel yg sangat bagus
numang romosi gan
kunjungi blog saya myjanuariusners.blogspot.dl.id
mantap gans, saya rasa bisa jadi Makalah Tari Kreasi
ini
Thank you
TERIMA KASIH ATAS kunjungannya gak
terimakasih gan,,,
thaks ganmmm
sama2
Posting Komentar