;

Senin, 18 Juli 2016

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PERAWAT TENTANG TERAPI BERMAIN PADA ANAK YANG DI HOSPITALISASI DI RUANG PERAWATAN ANAK (RPA) DI RSUD

Senin, 18 Juli 2016



BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Anak-anak adalah makhluk kompleks seperti orang dewasa, tapi bedanya mereka sulit menyatakan perasaannya. Namun melalui bermain, mereka bisa memverbalisasikan perasaan mereka, dan memang itu dunia mereka. Jika biasanya, terapi bermain dilakukan untuk anak-anak autis dan keterbelakangan mental, ini sedikit berbeda karena diperuntukkan bagi anak-anak normal (Widyasari, 2009)
Bermain merupakan cerminan kemampuan fisik, intelektual, emosional, dan sosial dan bermain merupakan media yang baik untuk belajar karena dengan bermain, anak-anak akan berkata-kata (berkomunikasi), belajar menyesuaikan diri dengan lingkungan, melakukan apa yang dapat dilakukannya, dan mengenal waktu, jarak serta suara (Erfandi, 2009)
Bermain tidak dapat dipisahkan dari dunia anak, melalui bermain anak akan belajar tentang dunia dan kehidupannya serta berhubungan dengan orang lain. Dengan bermain anak akan menemukan kekuatan dan kelemahannya sendiri, minat dan cara menyelesaikan masalah dalam permainan. Bermain merupakan unsur yang penting bagi anak untuk perkembangan fisik, mental, sosial dan emosional (Apriani, 2012)
Bermain bahkan dipakai oleh kalangan psikologi sebagai terapi, yang lebih dikenal dengan nama terapi bermain (play therapy). Terapi ini digunakan bagi anak yang mempunyai masalah dengan emosi. Dengan terapi, anak mampu diubah perilakunya melalui cara yang menyenangkan (Budiarto, 2009)
Di Indonesia pada tahun 2009 terdapat lebih kurang 10,4 juta jiwa balita dan anak-anak. Dan tidak kurang dari 10.000 balita dan anak-anak dirawat setiap harinya di rumah sakit karena terserang berbagai penyakit diantaranya, tubercolusis, campak, pertusis, dipteri dan tetanus (Meriwati, 2011)
Data yang di peroleh dari Provinsi Aceh berdasarkan jumlah anak yang di hospitalisasi dan jumlah Kabupaten/Kota tahun 2009 menunjukan bahwa dari 493831 jumlah anak (100%) yang ada di Provinsi Aceh, terdapat 232612 anak (47,10%) yang pernah di hospitalisasi (Profil Kesehatan Aceh, 2007).
Hospitalisasi (rawat inap) pada perawatan anak di rumah sakit dapat menyebabkan stres, karena perawatan di rumah sakit sering sekali dipersepsikan anak sebagai hukuman sehingga anak akan merasa malu, bersalah, atau takut. Ketakutan anak terhadap perlukaan muncul karena anak menganggap tindakan dan prosedurnya mengancam integritas tubuhnya. Oleh karena itu, hal ini menimbulkan reaksi agresif dan marah, tidak mau bekerja sama dengan perawat, dan ketergantungan pada orang tua (Supartini 2004)
Pada saat dirawat di rumah sakit, anak akan mengalami berbagai perasaan yang sangat tidak menyenangkan, seperti marah, takut, cemas, sedih, dan nyeri. Perasaan tersebut merupakan dampak dari hospitalisasi yang dialami anak karena menghadapi beberapa stressor yang ada dilingkungan rumah sakit. Untuk itu, dengan melakukan permainan anak akan terlepas dari ketegangan dan stress yang dialaminya karena dengan melakukan permainan anak akan depat mengalihkan rasa sakitnya pada permainannya (distraksi) dan relaksasi melalui kesenangannya melakukan permainan (Erfandi, 2009)
Menurut Supartini (2004) perawatan anak di rumah sakit merupakan pengalaman yang penuh dengan stres, baik bagi anak maupun orang tua. Lingkungan rumah sakit itu sendiri merupakan penyebab stres dan kecemasan pada anak. Pada anak yang dirawat di rumah sakit akan muncul tantangan-tantangan yang harus dihadapinya seperti mengatasi suatu perpisahan, penyesuaian dengan lingkungan yang asing baginya, penyesuaian dengan banyak orang yang mengurusinya, dan kerapkali harus berhubungan dan bergaul dengan anak-anak yang sakit serta pengalaman mengikuti terapi yang menyakitkan.
Untuk memenuhi kebutuhan anak yang dihospitalisasi sangatlah penting bagi perawat anak untuk memiliki pengetahuan terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak kelompok usia berapapun (Dian, 2011).
Untuk meminimalisasi stressor akibat hospitalisasi pada anak peran perawat sangat penting karena anak dalam perawatannya memerlukan perawat yang kompeten dan sensitif untuk minimalisasi stressor akibat hospitalisasi. Sebelum perawat memberikan asuhan keperawatan perawat perlu memahami filososfi keperawatan anak yang berfokus pada pencegahan terjadinya dampak psikologis atau trauma pada anak  akibat dirawat di rumah sakit, dan tingkat pendidikan perawat mempengaruhi prinsip-prinsip dasar keperawatan anak melalui proses keperawatan anak (Hidayat, 2005)

Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian mengenai Gambaran Pengetahuan Dan Sikap Perawat Tentang Terapi Bermain Pada Anak Yang Di Hospitalisasi Di Ruang Perawatan Anak (RPA) Di RSUD ................Tahun 2012.  

Selengkapnya download di SINI


TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGANNYA

FADHIL AKMAL - Juli 18, 2016
MASUKKAN TOMBOL TWEET DISINI

0 komentar:

Posting Komentar

loading...