ANEMIA
KONSEP DASAR
A.
Pengertian
Anemia adalah gejala dari kondisi
yang mendasari, seperti kehilangan komponen darah, elemen tak adekuat atau
kurangnya nutrisi yang dibutuhkan untuk pembentukan sel darah merah, yang
mengakibatkan penurunan kapasitas pengangkut oksigen darah (Doenges, 1999).
Anemia adalah istilah yang
menunjukan rendahnya hitungan sel darah merah dan kadar hemoglobin dan
hematokrit di bawah normal (Smeltzer, 2002).
Anemia adalah berkurangnya hingga di bawah nilai normal sel darah merah, kualitas hemoglobin dan volume packed red bloods cells (hematokrit) per 100 ml darah (Price, 2006).
Anemia adalah berkurangnya hingga di bawah nilai normal sel darah merah, kualitas hemoglobin dan volume packed red bloods cells (hematokrit) per 100 ml darah (Price, 2006).
Dengan demikian anemia bukan
merupakan suatu diagnosis atau penyakit, melainkan merupakan pencerminan
keadaan suatu penyakit atau gangguan fungsi tubuh dan perubahan patotisiologis
yang mendasar yang diuraikan melalui anemnesis yang seksama, pemeriksaan fisik
dan informasi laboratorium.
B. Etiologi
Penyebab tersering dari anemia
adalah kekurangan zat gizi yang diperlukan untuk sintesis eritrosit, antara
lain besi, vitamin B12 dan asam folat. Selebihnya merupakan akibat dari beragam
kondisi seperti perdarahan, kelainan genetik, penyakit kronik, keracunan obat,
dan sebagainya.
Penyebab umum dari anemia:
- Perdarahan hebat
- Akut (mendadak)
- Kecelakaan
- Pembedahan
- Persalinan
- Pecah pembuluh darah
- Penyakit Kronik (menahun)
- Perdarahan hidung
- Wasir (hemoroid)
- Ulkus peptikum
- Kanker atau polip di saluran pencernaan
- Tumor ginjal atau kandung kemih
- Perdarahan menstruasi yang sangat banyak
- Berkurangnya pembentukan sel darah merah
- Kekurangan zat besi
- Kekurangan vitamin B12
- Kekurangan asam folat
- Kekurangan vitamin C
- Penyakit kronik
- Meningkatnya penghancuran sel darah merah
- Pembesaran limpa
- Kerusakan mekanik pada sel darah merah
- Reaksi autoimun terhadap sel darah merah
- Hemoglobinuria nokturnal paroksismal
- Sferositosis herediter
- Elliptositosis herediter
- Kekurangan G6PD
- Penyakit sel sabit
- Penyakit hemoglobin C
- Penyakit hemoglobin S-C
- Penyakit hemoglobin E
- Thalasemia (Burton, 1990).
C.
Patofisiologi
Timbulnya anemia mencerminkan adanya
kegagalan sum-sum tulang atau kehilangan sel darah merah berlebihan atau
keduanya. Kegagalan sum-sum tulang dapt terjadi akibat kekurangan nutrisi,
pajanan toksik, inuasi tumor, atau kebanyakan akibat penyebab yang tidak
diketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui perdarahan atau hemolisis
(destruksi) pada kasus yang disebut terakhir, masalah dapat akibat efek sel
darah merah yang tidak sesuai dengan ketahanan sel darah merah normal atau
akibat beberapa factor diluar sel darah merah yang menyebabkan destruksi sel
darah merah.
Lisis sel darah merah (disolusi)
terjadi terutama dalam system fagositik atau dalam system retikuloendotelial
terutama dalam hati dan limpa. Sebagai hasil samping proses ini bilirubin yang
sedang terbentuk dalam fagosit akan masuk dalam aliran darah. Setiap kenaikan
destruksi sel darah merah (hemolisis) segera direpleksikan dengan meningkatkan
bilirubin plasma (konsentrasi normalnya 1 mg/dl atau kurang ; kadar 1,5 mg/dl
mengakibatkan ikterik pada sclera.
Anemia merupakan penyakit kurang
darah yang ditandai rendahnya kadar hemoglobin (Hb) dan sel darah merah
(eritrosit). Fungsi darah adalah membawa makanan dan oksigen ke seluruh organ
tubuh. Jika suplai ini kurang, maka asupan oksigen pun akan kurang. Akibatnya
dapat menghambat kerja organ-organ penting, Salah satunya otak. Otak terdiri
dari 2,5 miliar sel bioneuron. Jika kapasitasnya kurang, maka otak akan seperti
komputer yang memorinya lemah, Lambat menangkap. Dan kalau sudah rusak, tidak
bisa diperbaiki (Sjaifoellah, 1998).
D. Manifestasi klinis
Gejala klinis yang muncul
merefleksikan gangguan fungsi dari berbagai sistem dalam tubuh antara lain
penurunan kinerja fisik, gangguan neurologik (syaraf) yang dimanifestasikan
dalam perubahan perilaku, anorexia (badan kurus kerempeng), pica, serta
perkembangan kognitif yang abnormal pada anak. Sering pula terjadi abnormalitas
pertumbuhan, gangguan fungsi epitel, dan berkurangnya keasaman lambung. Cara
mudah mengenal anemia dengan 5L, yakni lemah, letih, lesu, lelah, lalai. Kalau
muncul 5 gejala ini, bisa dipastikan seseorang terkena anemia. Gejala lain
adalah munculnya sklera (warna pucat pada bagian kelopak mata bawah).
Anemia bisa menyebabkan kelelahan,
kelemahan, kurang tenaga dan kepala terasa melayang. Jika anemia bertambah
berat, bisa menyebabkan stroke atau serangan jantung(Sjaifoellah, 1998).
E. Komplikasi
Anemia juga menyebabkan daya tahan
tubuh berkurang. Akibatnya, penderita anemia akan mudah terkena infeksi.
Gampang batuk-pilek, gampang flu, atau gampang terkena infeksi saluran napas,
jantung juga menjadi gampang lelah, karena harus memompa darah lebih kuat. Pada
kasus ibu hamil dengan anemia, jika lambat ditangani dan berkelanjutan dapat
menyebabkan kematian, dan berisiko bagi janin. Selain bayi lahir dengan berat
badan rendah, anemia bisa juga mengganggu perkembangan organ-organ tubuh,
termasuk otak (Sjaifoellah, 1998).
F. Pemeriksaan penunjang
- Jumlah darah lengkap (JDL) : hemoglobin dan hemalokrit menurun.
- Pewarna sel darah merah : mendeteksi perubahan warna dan bentuk (dapat mengindikasikan tipe khusus anemia).
- LED : Peningkatan menunjukkan adanya reaksi inflamasi, misal : peningkatan kerusakan sel darah merah : atau penyakit malignasi.
- Masa hidup sel darah merah :
berguna dalam membedakan diagnosa anemia, misal : pada tipe anemia
tertentu, sel darah merah mempunyai waktu hidup lebih pendek.
Tes kerapuhan eritrosit : menurun (DB). - SDP : jumlah sel total sama dengan sel darah merah (diferensial) mungkin meningkat (hemolitik) atau menurun (aplastik). Jumlah trombosit : menurun caplastik; meningkat (DB); normal atau tinggi (hemolitik)
- Hemoglobin elektroforesis : mengidentifikasi tipe struktur hemoglobin.
- Bilirubin serum (tak terkonjugasi): meningkat (AP, hemolitik).
- Folat serum dan vitamin B12 membantu mendiagnosa anemia sehubungan dengan defisiensi masukan/absorpsi
- Besi serum : tak ada (DB); tinggi (hemolitik)
- TBC serum : meningkat (DB)
- Feritin serum : meningkat (DB)
- Masa perdarahan : memanjang (aplastik)
- LDH serum : menurun (DB)
- Tes schilling : penurunan eksresi vitamin B12 urine (AP)
- Guaiak : mungkin positif untuk darah pada urine, feses, dan isi gaster, menunjukkan perdarahan akut / kronis (DB).
- Analisa gaster : penurunan sekresi dengan peningkatan pH dan tak adanya asam hidroklorik bebas (AP).
- Aspirasi sumsum tulang/pemeriksaan/biopsi : sel mungkin tampak berubah dalam jumlah, ukuran, dan bentuk, membentuk, membedakan tipe anemia, misal: peningkatan megaloblas (AP), lemak sumsum dengan penurunan sel darah (aplastik).
- Pemeriksaan andoskopik dan radiografik : memeriksa sisi perdarahan : perdarahan GI (Doenges, 1999).
G.
Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan anemia ditunjukan
untuk mencari penyebab dan mengganti darah yang hilang.
1. Transpalasi sel darah merah.
2. Antibiotik diberikan untuk mencegah infeksi.
3. Suplemen asam folat dapat merangsang pembentukan
sel darah merah.
4. Menghindari situasi kekurangan oksigen atau aktivitas
yang membutuhkan oksigen
5. Obati penyebab perdarahan abnormal bila ada.
6. Diet kaya besi yang mengandung daging dan sayuran
hijau.
Pengobatan (untuk pengobatan
tergantung dari penyebabnya) :
1. Anemia defisiensi besi. Mengatur makanan yang
mengandung zat besi, usahakan makanan yang diberikan seperti ikan, daging,
telur dan sayur. Pemberian preparat fe, Perrosulfat 3x 200mg/hari/per oral
sehabis makan, Peroglukonat 3x 200 mg/hari /oral sehabis makan.
2. Anemia pernisiosa : pemberian vitamin B12
3. Anemia asam folat : asam folat 5 mg/hari/oral
4. Anemia karena perdarahan : mengatasi perdarahan dan
syok dengan pemberian cairan dan transfusi darah.
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Pengkajian adalah langkah awal dan dasar dalam proses keperawatan secara
menyeluru(Boedihartono, 1994).
Pengkajian pasien dengan anemia (Doenges, 1999) meliputi :
1) Aktivitas / istirahat
Gejala :
keletihan, kelemahan, malaise umum. Kehilangan produktivitas ; penurunan
semangat untuk bekerja. Toleransi terhadap latihan rendah. Kebutuhan untuk tidur
dan istirahat lebih banyak.
Tanda :
takikardia/ takipnae ; dispnea pada waktu bekerja atau istirahat. Letargi,
menarik diri, apatis, lesu, dan kurang tertarik pada sekitarnya. Kelemahan
otot, dan penurunan kekuatan. Ataksia, tubuh tidak tegak. Bahu menurun, postur
lunglai, berjalan lambat, dan tanda-tanda lain yang menunujukkan keletihan.
2) Sirkulasi
Gejala :
riwayat kehilangan darah kronik, misalnya perdarahan GI kronis, menstruasi
berat (DB), angina, CHF (akibat kerja jantung berlebihan). Riwayat endokarditis
infektif kronis. Palpitasi (takikardia kompensasi).
Tanda : TD :
peningkatan sistolik dengan diastolik stabil dan tekanan nadi melebar,
hipotensi postural. Disritmia : abnormalitas EKG, depresi segmen ST dan
pendataran atau depresi gelombang T; takikardia. Bunyi jantung : murmur
sistolik (DB). Ekstremitas (warna) : pucat pada kulit dan membrane mukosa
(konjuntiva, mulut, faring, bibir) dan dasar kuku. (catatan: pada pasien kulit
hitam, pucat dapat tampak sebagai keabu-abuan). Kulit seperti berlilin, pucat
(aplastik, AP) atau kuning lemon terang (AP). Sklera : biru atau putih seperti
mutiara (DB). Pengisian kapiler melambat (penurunan aliran darah ke kapiler dan
vasokontriksi kompensasi) kuku : mudah patah, berbentuk seperti sendok
(koilonikia) (DB). Rambut : kering, mudah putus, menipis, tumbuh uban secara
premature (AP).
3)
Integritas ego
Gejala :
keyakinanan agama/budaya mempengaruhi pilihan pengobatan, misalnya penolakan
transfusi darah.
Tanda :
depresi.
4) Eleminasi
Gejala :
riwayat pielonefritis, gagal ginjal. Flatulen, sindrom malabsorpsi (DB).
Hematemesis, feses dengan darah segar, melena. Diare atau konstipasi. Penurunan
haluaran urine.
Tanda :
distensi abdomen.
5)
Makanan/cairan
Gejala :
penurunan masukan diet, masukan diet protein hewani rendah/masukan produk
sereal tinggi (DB). Nyeri mulut atau lidah, kesulitan menelan (ulkus pada
faring). Mual/muntah, dyspepsia, anoreksia. Adanya penurunan berat badan. Tidak
pernah puas mengunyah atau peka terhadap es, kotoran, tepung jagung, cat, tanah
liat, dan sebagainya (DB).
Tanda :
lidah tampak merah daging/halus (AP; defisiensi asam folat dan vitamin B12).
Membrane mukosa kering, pucat. Turgor kulit : buruk, kering, tampak
kisut/hilang elastisitas (DB). Stomatitis dan glositis (status defisiensi).
Bibir : selitis, misalnya inflamasi bibir dengan sudut mulut pecah. (DB).
6)
Neurosensori
Gejala :
sakit kepala, berdenyut, pusing, vertigo, tinnitus, ketidak mampuan
berkonsentrasi. Insomnia, penurunan penglihatan, dan bayangan pada mata.
Kelemahan, keseimbangan buruk, kaki goyah ; parestesia tangan/kaki (AP) ; klaudikasi.
Sensasi manjadi dingin.
Tanda : peka
rangsang, gelisah, depresi cenderung tidur, apatis. Mental : tak mampu
berespons, lambat dan dangkal. Oftalmik : hemoragis retina (aplastik, AP).
Epitaksis : perdarahan dari lubang-lubang (aplastik). Gangguan koordinasi,
ataksia, penurunan rasa getar, dan posisi, tanda Romberg positif, paralysis
(AP).
7)
Nyeri/kenyamanan
Gejala : nyeri abdomen samara :
sakit kepala (DB)
8)
Pernapasan
Gejala :
riwayat TB, abses paru. Napas pendek pada istirahat dan aktivitas.
Tanda : takipnea, ortopnea, dan dispnea.
Tanda : takipnea, ortopnea, dan dispnea.
9) Keamanan
Gejala :
riwayat pekerjaan terpajan terhadap bahan kimia,. Riwayat terpajan pada
radiasi; baik terhadap pengobatan atau kecelekaan. Riwayat kanker, terapi
kanker. Tidak toleran terhadap dingin dan panas. Transfusi darah sebelumnya.
Gangguan penglihatan, penyembuhan luka buruk, sering infeksi.
Tanda :
demam rendah, menggigil, berkeringat malam, limfadenopati umum. Ptekie dan
ekimosis (aplastik).
10)
Seksualitas
Gejala :
perubahan aliran menstruasi, misalnya menoragia atau amenore (DB). Hilang libido
(pria dan wanita). Imppoten.
Tanda : serviks
dan dinding vagina pucat.
B. Diagnosa
Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien dengan anemia (Doenges, 1999)
meliputi :
1.
Risiko tinggi terhadap infeksi
berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan sekunder (penurunan hemoglobin
leucopenia, atau penurunan granulosit (respons inflamasi tertekan)).
2.
Perubahan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan untuk mencerna atau ketidak
mampuan mencerna makanan /absorpsi nutrient yang diperlukan untuk pembentukan
sel darah merah.
3.
Intoleransi aktivitas berhubungan
dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen (pengiriman) dan kebutuhan.
4.
Perubahan perfusi jaringan
berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang diperlukan untuk pengiriman
oksigen/nutrient ke sel.
5.
Risiko tinggi terhadap kerusakan
integritas kulit berhubungan dengan perubahan sirkulasi dan neurologist.
6.
Konstipasi atau Diare berhubungan
dengan penurunan masukan diet; perubahan proses pencernaan; efek samping terapi
obat.
C. Intervensi/Implementasi
keperawatan
Intervensi adalah penyusunan rencana tindakan keperawatan yang akan
dilaksanakan untuk menanggulangi masalah sesuai dengan diagnosa keperawatan
(Boedihartono, 1994)
Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan
yang telah disusun pada tahap perencanaan (Effendi, 1995).
NO
|
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
|
NOC
|
NIC
|
RASIONAL
|
1.
|
Risiko
tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan
sekunder (penurunan hemoglobin leucopenia, atau penurunan granulosit (respons
inflamasi tertekan
|
Tujuan :
Infeksi tidak terjadi.
Kriteria
hasil :
-
mengidentifikasi perilaku untuk
mencegah/menurunkan risiko infeksi.
-
meningkatkan penyembuhan luka,
bebas drainase purulen atau eritema, dan demam.
|
1.
Tingkatkan cuci tangan yang baik ;
oleh pemberi perawatan dan pasien
2.
Pertahankan teknik aseptic ketat
pada prosedur/perawatan luka.
3.
Berikan perawatan kulit, perianal
dan oral dengan cermat.
4.
Motivasi perubahan posisi/ambulasi
yang sering, latihan batuk dan napas dalam.
5.
Tingkatkan masukkan cairan adekuatPantau/batasi
pengunjung.
6.
Berikan isolasi bila memungkinkan.
7.
Pantau suhu tubuh. Catat adanya
menggigil dan takikardia dengan atau tanpa demam.
8.
Amati eritema/cairan luka.Ø
9.
Ambil specimen untuk
kultur/sensitivitas sesuai indikasi (kolaborasi)
10. Berikan
antiseptic topical ; antibiotic sistemik (kolaborasi)
|
1.
mencegah kontaminasi
silang/kolonisasi bacterial. Catatan : pasien dengan anemia berat/aplastik
dapat berisiko akibat flora normal kulit.
2.
menurunkan risiko
kolonisasi/infeksi bakteri.
3.
menurunkan risiko kerusakan kulit/jaringan
dan infeksi.
4.
meningkatkan ventilasi semua
segmen paru dan membantu memobilisasi sekresi untuk mencegah pneumonia.
5.
membantu dalam pengenceran secret
pernapasan untuk mempermudah pengeluaran dan mencegah stasis cairan tubuh
misalnya pernapasan dan ginjal.
6.
membatasi pemajanan pada bakteri/infeksi.
Perlindungan isolasi dibutuhkan pada anemia aplastik, bila respons
imun sangat terganggu.
7.
adanya proses inflamasi/infeksi membutuhkan
evaluasi/pengobatan.
8.
indikator infeksi lokal. Catatan :
pembentukan pus mungkin tidak ada bila granulosit tertekan.
9.
membedakan adanya infeksi, mengidentifikasi
pathogen khusus dan mempengaruhi pilihan pengobatan.
10. mungkin digunakan secara propilaktik untuk
menurunkan kolonisasi atau untuk pengobatan proses infeksi
local.
|
2.
|
Perubahan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan untuk
mencerna atau ketidak mampuan mencerna makanan /absorpsi nutrient yang
diperlukan untuk pembentukan sel darah merah.
|
Tujuan :
kebutuhan nutrisi terpenuhi
Kriteria
hasil : - menunujukkan peningkatan/mempertahankan berat badan dengan nilai
laboratorium normal.
-
tidak mengalami tanda mal nutrisi.
-
Menununjukkan perilaku, perubahan
pola hidup untuk meningkatkan dan atau mempertahankan berat badan yang
sesuai.
|
1.
Kaji riwayat nutrisi, termasuk
makan yang disukai.Ø
2.
Observasi dan catat masukkan
makanan pasien. Timbang berat badan setiap hari.
3.
Berikan makan sedikit dengan
frekuensi sering dan atau makan diantara waktu makan.
4.
Observasi dan catat kejadian
mual/muntah, flatus dan dan gejala lain yang berhubungan.
5.
Berikan dan Bantu hygiene mulut
yang baik ; sebelum dan sesudah makan, gunakan sikat gigi halus untuk
penyikatan yang lembut.
6.
Berikan pencuci mulut yang di
encerkan bila mukosa oral luka.
7.
Kolaborasi pada ahli gizi untuk
rencana diet.
8.
Kolaborasi ; pantau hasil
pemeriksaan laboraturium.
9.
Kolaborasi ; berikan obat sesuai
indikasi.Ø
|
1.
mengidentifikasi defisiensi,
memudahkan intervensi.
2.
mengawasi masukkan kalori atau
kualitas kekurangan konsumsi makanan.
3.
mengawasi penurunan berat badan atau
efektivitas intervensi nutrisi.
4.
menurunkan kelemahan, meningkatkan
pemasukkan dan mencegah distensi gaster.
5.
gejala GI dapat menunjukkan efek anemia
(hipoksia) pada organ.
6.
meningkatkan nafsu makan dan pemasukkan
oral. Menurunkan pertumbuhan bakteri, meminimalkan kemungkinan infeksi.
Teknik perawatan mulut khusus mungkin diperlukan bila jaringan
rapuh/luka/perdarahan dan nyeri berat.
7.
membantu dalam rencana diet untuk memenuhi
kebutuhan individual.
8.
meningkatakan efektivitas program
pengobatan, termasuk sumber diet nutrisi yang dibutuhkan
9.
kebutuhan penggantian tergantung pada tipe
anemia dan atau adanyan masukkan oral yang buruk dan defisiensi yang
diidentifikasi.
|
3.
|
Intoleransi
aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen (pengiriman)
dan kebutuhan.
|
Tujuan :
dapat mempertahankan/meningkatkan ambulasi/aktivitas.
Kriteria
hasil :
-
melaporkan peningkatan toleransi
aktivitas (termasuk aktivitas sehari-hari)
-
menunjukkan penurunan tanda
intolerasi fisiologis, misalnya nadi, pernapasan, dan tekanan darah masih
dalam rentang normal.
|
1.
Kaji kemampuan ADL pasien.Ø
2.
Kaji kehilangan atau gangguan
keseimbangan, gaya jalan dan kelemahan otot.
3.
Observasi tanda-tanda vital
sebelum dan sesudah aktivitas.
4.
Berikan lingkungan tenang, batasi
pengunjung, dan kurangi suara bising, pertahankan tirah baring bila di
indikasikan.Ø
5.
Gunakan teknik menghemat energi,
anjurkan pasien istirahat bila terjadi kelelahan dan kelemahan, anjurkan
pasien melakukan aktivitas semampunya (tanpa memaksakan diri).
|
1.
mempengaruhi pilihan intervensi/bantuan.
2.
menunjukkan perubahan neurology karena
defisiensi vitamin B12 mempengaruhi keamanan pasien/risiko cedera.
3.
manifestasi kardiopulmonal dari upaya
jantung dan paru untuk membawa jumlah oksigen adekuat ke
jaringan.
4.
meningkatkan istirahat untuk menurunkan
kebutuhan oksigen tubuh dan menurunkan regangan jantung dan paru
5.
meningkatkan aktivitas secara bertahap
sampai normal dan memperbaiki tonus otot/stamina tanpa kelemahan. Meingkatkan
harga diri dan rasa terkontrol.
|
4.
|
Perubahan
perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang
diperlukan untuk pengiriman oksigen/nutrient ke sel.
|
Tujuan :
peningkatan perfusi jaringan
Kriteria
hasil :
-
menunjukkan perfusi adekuat,
misalnya tanda vital stabil.
|
1.
AwasiØ tanda vital
kaji pengisian kapiler, warna kulit/membrane mukosa, dasar kuku.
2.
Tinggikan kepala tempat tidur
sesuai toleransi.
3.
Awasi upaya pernapasan ;
auskultasi bunyi napas perhatikan bunyi adventisius.Ø
4.
Selidiki keluhan nyeri
dada/palpitasi.
5.
Hindari penggunaan botol
penghangat atau botol air panas. Ukur suhu air mandi dengan thermometer.Ø
6.
Kolaborasi pengawasan hasil
pemeriksaan laboraturium
7.
Berikan sel darah merah
lengkap/packed produk darah sesuai indikasi.
|
1.
memberikan informasi tentang
derajat/keadekuatan perfusi jaringan dan membantu menetukan kebutuhan
intervensi.
2.
meningkatkan ekspansi paru dan memaksimalkan
oksigenasi untuk kebutuhan seluler. Catatan : kontraindikasi bila ada
hipotensi.
3.
dispnea, gemericik menununjukkan gangguan
jajntung karena regangan jantung lama/peningkatan kompensasi curah jantung.
4.
iskemia seluler mempengaruhi jaringan
miokardial/ potensial risiko infark.
5.
termoreseptor jaringan dermal dangkal karena
gangguan oksigen.
6.
mengidentifikasi defisiensi dan kebutuhan
pengobatan /respons terhadap terapi
7.
memaksimalkan transport oksigen ke jaringan.
|
|
Risiko
tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan
sirkulasi dan neurologist.
|
Tujuan :
dapat mempertahankan integritas kulit.
Kriteria
hasil :
-
mengidentifikasi factor risiko/perilaku
individu untuk mencegah cedera dermal.
|
1.
Kaji integritas kulit, catat
perubahan pada turgor, gangguan warna, hangat local, eritema, ekskoriasi.Ø
2.
Reposisi secara periodic dan pijat
permukaan tulang apabila pasien tidak bergerak atau ditempat tidur.
3.
Anjurkan pemukaan kulit kering dan
bersih. Batasi penggunaan sabun.Ø
4.
Bantu untuk latihan rentang gerak.
5.
Gunakan alat pelindung, misalnya
kulit domba, keranjang, kasur tekanan udara/air. Pelindung tumit/siku dan
bantal sesuai indikasi. (kolaborasi)
|
1.
kondisi kulit dipengaruhi oleh sirkulasi, nutrisi dan imobilisasi.
Jaringan dapat menjadi rapuh dan cenderung untuk infeksi dan rusak.
2.
meningkatkan sirkulasi kesemua kulit,
membatasi iskemia jaringan/mempengaruhi hipoksia seluler
3.
area lembab, terkontaminasi, memberikan
media yang sangat baik untuk pertumbuhan organisme patogenik. Sabun dapat
mengeringkan kulit secara berlebihan
4.
meningkatkan sirkulasi jaringan, mencegah
stasis
5.
menghindari kerusakan kulit dengan mencegah
/menurunkan tekanan terhadap permukaan kulit.
|
6
|
Konstipasi
atau Diare berhubungan dengan penurunan masukan diet; perubahan proses
pencernaan; efek samping terapi obat.
|
Tujuan :
membuat/kembali pola normal dari fungsi usus.
Kriteria
hasil :
-
menunjukkan perubahan
perilaku/pola hidup, yang diperlukan sebagai penyebab, factor pemberat.
|
1.
Observasi warna feses,
konsistensi, frekuensi dan jumlah.
2.
Auskultasi bunyi usus.
3.
Awasi intake dan output (makanan
dan cairan).
4.
Dorong masukkan cairan 2500-3000
ml/hari dalam toleransi jantung.
5.
Hindari makanan yang membentuk gas
6.
Kaji kondisi kulit perianal dengan
sering, catat perubahan kondisi kulit atau mulai kerusakan.
7.
Lakukan perawatan perianal setiap
defekasi bila terjadi diare.
8.
Kolaborasi ahli gizi untuk diet
siembang dengan tinggi serat dan bulk.
9.
Berikan pelembek feses, stimulant
ringan, laksatif pembentuk bulk atau enema sesuai indikasi. Pantau
keefektifan. (kolaborasi)
10. Berikan
obat antidiare, misalnya Defenoxilat Hidroklorida dengan atropine (Lomotil)
dan obat mengabsorpsi air, misalnya Metamucil. (kolaborasi).
|
1.
membantu mengidentifikasi penyebab /factor
pemberat dan intervensi yang tepat.
2.
bunyi usus secara umum meningkat pada diare
dan menurun pada konstipasi.
3.
dapat mengidentifikasi dehidrasi, kehilangan
berlebihan atau alat dalam mengidentifikasi defisiensi diet.
4.
membantu dalam memperbaiki konsistensi feses
bila konstipasi. Akan membantu memperthankan status
hidrasi pada diare.
5.
menurunkan distress gastric dan distensi
abdomen
6.
mencegah ekskoriasi kulit dan kerusakan.
7.
serat menahan enzim pencernaan dan
mengabsorpsi air dalam alirannya sepanjang traktus intestinal dan dengan
demikian menghasilkan bulk, yang bekerja sebagai
perangsang untuk defekasi.
8.
mempermudah defekasi bila konstipasi terjadi.
9.
menurunkan motilitas usus bila diare
terjadi.
|
D. Evaluasi
Evaluasi
adalah perbandingan yang sistemik atau terencana tentang kesehatan pasien
dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara berkesinambungan,
dengan melibatkan pasien, keluarga dan tenaga kesehatan lainnya. (Lynda Juall
Capenito, 1999)
Evaluasi
pada pasien dengan anemia adalah :
1) Infeksi
tidak terjadi.
2) Kebutuhan
nutrisi terpenuhi.
3) Pasien
dapat mempertahankan/meningkatkan ambulasi/aktivitas.
4)
Peningkatan perfusi jaringan.
5) Dapat mempertahankan
integritas kulit.
6) Membuat/kembali
pola normal dari fungsi usus.
7) Pasien mengerti dan memahami
tentang penyakit, prosedur diagnostic dan
rencana pengobatan.
DAFTAR PUSTAKA
Boedihartono.
1994. Proses Keperawatan di Rumah Sakit. Jakarta.
Burton, J.L.
1990. Segi Praktis Ilmu Penyakit Dalam. Binarupa Aksara : Jakarta
Carpenito,
L. J. 1999. Rencana Asuhan keperawatan dan dokumentasi keperawatan, Diagnosis Keperawatan dan Masalah Kolaboratif,
ed. 2. EGC : Jakarta
Doenges,
Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan pedoman untuk perencanaan dan
pendokumentasian pasien. ed.3. EGC : Jakarta
Effendi ,
Nasrul. 1995. Pengantar Proses Keperawatan. EGC : Jakarta.
Hassa. 1985.
Ilmu Kesehatan Anak jilid 1. FKUI : Jakarta
http://id.wikipedia.org/wiki/Anemia
http://www.kompas.com/ver1/Kesehatan/0611/30/104458.htm
Noer,
Sjaifoellah. 1998. Standar Perawatan Pasien. Monica Ester : Jakarta.
Wilkinson,
Judith M. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan, edisi 7. EGC : Jakarta.
DOWNLOAD VERSI DOCX DI SINI
|
FADHIL AKMAL
MASUKKAN TOMBOL TWEET DISINI |
|
0 komentar:
Posting Komentar