;

Sabtu, 24 Agustus 2019

LAPORAN PENDAHULUAN : BERMAIN PADA ANAK

Sabtu, 24 Agustus 2019


Krayon, Buku Mewarnai, Mewarnai, Buku, Warna
1. Pengertian
Bermain adalah cerminan kemampuan fisik, intelektual, emosional dan sosial dan bermain merupakan media yang baik untuk belajar karena dengan bermain, anak akan berkata-kata, belajar memnyesuaikan diri dengan lingkungan, melakukan apa yang dapat dilakukan, dan mengenal waktu, jarak, serta suara (Hidayat, 2005)
Bermain adalah salah satu aspek penting dari kehidupan anak dan salah satu alat paling penting untuk menatalaksanakan stres karena hospitalisasi menimbulkan krisis dalam kehidupan anak, dan karena situasi tersebut sering disertai stress berlebihan, maka anak-anak perlu bermain untuk mengeluarkan rasa takut dan cemas yang mereka alami sebagai alat koping dalam menghadapi stress. Bermain sangat penting bagi mental, emosional dan kesejahteraan anak seperti kebutuhan perkembangan dan kebutuhan bermain tidak juga terhenti pada saat anak sakit atau anak di rumah sakit (Wong, 2009).

2. Fungsi Bermain Pada Anak
Anak bermain pada dasarnya agar ia memperoleh kesenangan, sehingga tidak akan merasa jenuh. Bermain tidak sekedar mengisi waktu tetapi merupakan kebutuhan anak seperti halnya makan, perawatan dan cinta kasih. Fungsi utama bermain adalah merangsang perkembangan sensoris-motorik, perkembangan sosial, perkembangan kreativitas, perkembangan kesadaran diri, perkembangan moral dan bermain sebagai terapi (Soetjiningsih, 2005)
Sebelum memberikan berbagai jenis permainan pada anak, maka orang tua seharusnya mengetahui maksud dan tujuan permainan pada anak yang akan diberikan, agar diketahui perkembangan anak lebih lanjut,mengingat anak memiliki berbagai masa dalam tumbuh kembang yang membutuhkan stimulasi dalam mencapai puncaknya seperti masa kritis,optimal dan sensitif. (Hidayat, 2008)
Untuk lebih jelasnya dibawah ini terdapat beberapa fungsi bermain pada anak diantaranya :
a.    Membantu Perkembangan Sensorik dan Motorik. Fungsi bermain pada anak ini adalah dapat dilakukan dengan melakukan rangsangan pada sensorik dan motorik melalui rangsangan ini aktifitas anak dapat mengeksplorasikan alam sekitarnya sebagai contoh bayi dapat dilakukan rangsangan  taktil,audio dan visual melalui rangsangan ini perkembangan sensorik dan motorik akan meningkat.Hal tersebut dapat dicontohkan sejak lahir anak yang telah dikenalkan atau dirangsang visualnya maka anak di kemudian hari kemampuan visualnya akan lebih menonjol seperti lebih cepat mengenal sesuatu yang baru dilihatnya. Demikian juga pendengaran, apabila sejak bayi dikenalkan atau dirangsang melalui suara-suara maka daya pendengaran dikemudian hari anak lebih cepat berkembang dibandingkan tidak ada stimulasi sejak dini.
b.  Membantu Perkembangan Kognitif. Perkembangan kognitif dapat dirangsang melalui permainan. Hal ini dapat terlihat pada saat anak bermain, maka anak akan mencoba melakukan komunikasi dengan bahasa anak, mampu memahami obyek permainan seperti dunia tempat tinggal, mampu membedakan khayalan dan kenyataan, mampu belajar warna, memahami bentuk ukuran dan berbagai manfaat benda yang digunakan dalam permainan,sehingga fungsi bermain pada model demikian akan meningkatkan perkembangan kognitif selanjutnya.
c. Meningkatkan Sosialisasi Anak. Proses sosialisasi dapat terjadi melalui permainan, sebagai contoh dimana pada usia bayi anak akan merasakan kesenangan terhadap kehadiran orang lain dan merasakan ada teman yang dunianya sama, pada usia toddler anak sudah mencoba bermain dengan sesamanya dan ini sudah mulai proses sosialisasi satu dengan yang lain, kemudian bermain peran seperti bermain-main berpura-pura menjadi seorang guru, jadi seorang anak, menjadi seorang bapak, menjadi seorang ibu dan lain-lain, kemudian pada usia prasekolah sudah mulai menyadari akan keberadaan teman sebaya sehingga harapan anak mampu melakukan sosialisasi dengan teman dan orang lain.
d.  Meningkatkan Kreatifitas. Bermain juga dapat berfungsi dalam peningkatan kreatifitas, dimana anak mulai belajar menciptakan sesuatu dari permainan yang ada dan mampu memodifikasi objek yang akan digunakan dalam permainan sehingga anak akan lebih kreatif melalui model permainan ini, seperti bermain bongkar pasang mobil-mobilan.
e.    Meningkatkan Kesadaran Diri. Bermain pada anak akan memberikan kemampuan pada anak untuk ekplorasi tubuh dan merasakan dirinya sadar dengan orang lain yang merupakan bagian dari individu yang saling berhubungan, anak mau belajar mengatur perilaku, membandingkan dengan perilaku orang lain.
f.     Mempunyai Nilai Terapeutik. Bermain dapat menjadikan diri anak lebih senang dan nyaman sehingga adanya stres dan ketegangan dapat dihindarkan, mengingat bermain dapat menghibur diri anak terhadap dunianya.
g. Mempunyai Nilai Moral Pada Anak. Bermain juga dapat memberikan nilai moral tersendiri kepada anak, hal ini dapat dijumpai anak sudah mampu belajar benar atau salah dari budaya di rumah, di sekolah dan ketika berinteraksi dengan temannya, dan juga ada beberapa permainan yang memiliki aturan-aturan yang harus dilakukan tidak boleh dilanggar (Soetjiningsih, 2005)


3.     Pedoman Untuk Keamanan Bermain
Menurut Soetjiningsih (2005), agar anak-anak dapat bermain dengan maksimal, maka diperlukan hal-hal seperti:
a.    Ekstra energi.
Untuk bermain diperlukan energi ekstra. Anak-anak yang sakit kecil kemungkinan untuk melakukan permainan.
b.    Waktu
Anak harus mempunyai waktu yang cukup untuk bermain sehingga stimulus yang diberikan dapat optimal.
c.    Alat permainan
Untuk bermain alat permainan harus disesuaikan dengan usia dan tahap perkembangan anak serta memiliki unsur edukatif bagi anak.
d.   Ruang untuk bermain
Bermain dapat dilakukan di mana saja, di ruang tamu, halaman, bahkan di tempat tidur.
e.    Pengetahuan cara bermain
Dengan mengetahui cara bermain maka anak akan lebih terarah dan pengetahuan anak akan lebih berkembang dalam menggunakan alat permainan tersebut.
f.     Teman bermain
Teman bermain diperlukan untuk mengembangkan sosialisasi anak dan membantu anak dalam menghadapi perbedaan. Bila permainan dilakukan bersama dengan orangtua, maka hubungan orangtua dan anak menjadi lebih akrab.
Ada juga yang disebut dengan Alat Permainan Edukatif (APE). APE Merupakan alat permainan yang dapat memberikan fungsi permainan secara optimal dan perkembangan anak,dimana melalui alat permainan ini anak akan selalu dapat mengembangkan kemampuan fisiknya,bahasa,kemampuan kognitifnya,dan adaptasi sosialnya.Dalam mencapai fungsi perkembangan secara optimal,maka alat permainan ini harus aman,ukurannya sesuai dengan usia anak,modelnya jelas, menarik, sederhana, dan tidak mudah rusak. (Amaludin, 2012)
Dalam penggunaan alat permainan edukatif ini banyak dijumpai pada masyarakat kurang memahami jenis permainan karena banyak orang tua membeli permainan tanpa memperdulikan jenis kegunaan yang mampu mengembangkan aspek tersebut,sehingga terkadang harganya mahal,tidak sesuai dengan umur anak dan tipe permainannya sama. (Amaludin, 2012)
Untuk mengetahui alat permainan edukatif,ada beberapa contoh jenis permainan yang dapat mengembangkan secara edukatif seperti : permainan sepeda roda tiga atau dua,bola,mainan yang ditarik dan didorong jenis ini mempunyai pendidikan dalam pertumbuhan fisik atau motorik kasar, kemudian alat permainan gunting, pensil, bola, balok, lilin jenis alat ini dapat digunakan dalam mengembangkan motorik halus, alat permainan buku bergambar, buku cerita, puzzle, boneka, pensil warna, radio dan lain-lain, ini dapat digunakan untuk mengembangkan kemampuan kognitif atau kecerdasan anak, alat permainan seperti buku gambar, buku cerita, majalah, radio, tape dan televise tersebut dapat digunakan dalam mengembangkan kemampuan bahasa, alat permainan seperti gelas plastik, sendok, baju, sepatu, kaos kaki semuanya dapat digunakan dalam mengembangkan kemampuan menolong diri sendiri dan alat permainan seperti kotak, bola dan tali, dapat digunakan secara bersama dapat dilakukan untuk mengembangkan tingkah laku sosial. (Amaludin, 2012)
Selain menggunakan alat permainan secara edukatif, harus ada peran orang tua atau pembimbing dalam bermain yang memiliki kemampuan tentang jenis alat permainan dan kegunaannya, sabar dalam bermain, tidak memaksakan, mampu mengkaji kebutuhan bermain seperti kapan harus berhenti dan kapan harus dimulai, memberikan kesempatan untuk mandiri. (Amaludin, 2012)

4.     Karakteristik Bermain (Bayi-Prasekolah)
Dalam bermain pada anak tidaklah sama dalam setiap usia tumbuh kembang melainkan berbeda, hal ini dikarenakan setiap tahap usia tumbuh kembang anak selalu mempunyai tugas-tugas perkembangan yang berbeda sehingga dalam penggunaan alat selalu memperhatikan tugas masing-masing umur tumbuh kembang. Adapun karakteristik dalam setiap tahap usia tumbuh kembang anak:
a.    Usia 0-1 tahun
Pada usia ini perkembangan anak mulai dapat dilatih dengan adanya reflex, melatih kerja sama antara mata dan tangan, mata dan telinga dalam berkoordinasi,  melatih mencari objek yang ada tetapi tidak kelihatan, melatih mengenal asal suara, kepekaan perabaan,  keterampilan dengan gerakan yang berulang, sehingga fungsi bermain pada usia ini sudah dapat memperbaiki pertumbuhan dan perkembangan.
Jenis permainan ini permainan yang dianjurkan pada usia ini antara lain: benda (permainan) aman yang dapat dimasukkan kedalam mulut, gambar bentuk muka, boneka orang  dan binatang, alat permaianan yang dapat digoyang dan menimbulkan suara, alat permaian  berupa selimut, boneka, dan lai-lain.
b.    Usia 1-2 tahun
Jenis permainan yang dapat digunakan pada usia ini pada dasarya bertujuan untuk melatih anak melakukan gerakan mendorong atau menarik, melatih melakukan imajinasi, melatih anak melakukan kegiatan sehari-hari dan memperkenalkan beberapa bunyi dan mampu membedakannya. Jenis permainan ini seperti semua alat permainan yang dapat didorong dan di tarik, berupa alat rumah tangga, balok-balok, buku bergambar, kertas, pensil berwarna, dan lain-lain.

c.    Usia 3-6 tahun
Pada usia 3-6 tahun anak sudah mulai mampu mengembangkan kreativitasnya dan sosialisasi sehingga sangat diperlukan permainan yang dapat mengembangkan kemampuan menyamakan dan membedakan, kemampuan berbahasa, mengembangkan kecerdasan, menumbuhkan sportifitas, mengembangkan koordinasi motorik, menegembangkan dan mengontrol emosi, motorik kasar dan halus, memperkenalkan pengertian yang bersifat ilmu pengetahuan dan memperkenalkan suasana kompetensi serta gotong royong. Sehingga jenis permainan yang dapat digunakamn pada anak usia ini seperti benda-benda sekitar rumah, buku gambar, majalah anak-anak, alat gambar, kertas untuk belajar melipat, gunting, dan air (Pilletteri, 2005)

5.     Alat Permainan Menurut Usia Sekolah
Ditinjau dari kelompok usia, jenis permainan dibagi menjadi permainan untuk bayi, prasekolah, sekolah dan remaja. Tetapi di sini peneliti hanya membahas tentang anak usia sekolah (6 tahun sampai 12 tahun) yaitu:
Kemampuan sosial anak pada usia ini sudah semakin meningkat, dimana anak sudah mampu untuk bekerja sama dengan teman sepermainannya. Dalam hal ini, sering sekali pergaulan dengan teman menjadi tempat belajar mengenal norma baik atau buruk. Karakteristik permainan untuk anak usia sekolah dibedakan menurut jenis kelaminnya. Anak laki-laki lebih tepat jika diberikan mainan jenis mekanik yang akan menstimulasi kemampuan kreativitasnya dalam berkreasi sebagai laki-laki seperti mobil-mobilan. Anak perempuan lebih tepat diberikan permainan yang dapat menstimulasi perasaan, pemikiran dan sikap dalam menjalankan peran sebagai seorang perempuan seperti memasak dan boneka (Supartini, 2004)
Karakteristik bermain lainnya seperti: bermain menjadi lebih terorganisir dan aturannya dan ada yang memimpin, mempunyai kesadaran terhadap aturan main, tingkat yang lebih tinggi yaitu keterampilan berpikir dan mulai olah raga kompetitif. Contoh permainan dan aktivitas seperti: perminan tebak-tebakan, menggambar, koleksi, peran aktivitas seksual (memasak dan lainnya), permainan fisik, permainan kompetitif, membaca, video game, radio dan TV serta bermain sepeda (Suriadi, 2006).



TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGANNYA

FADHIL AKMAL - Agustus 24, 2019
MASUKKAN TOMBOL TWEET DISINI

0 komentar:

Posting Komentar

loading...