1. Pengertian
Bermain adalah cerminan kemampuan fisik, intelektual,
emosional dan sosial dan bermain merupakan media yang baik untuk belajar karena
dengan bermain, anak akan berkata-kata, belajar memnyesuaikan diri dengan
lingkungan, melakukan apa yang dapat dilakukan, dan mengenal waktu, jarak,
serta suara (Hidayat, 2005)
Bermain adalah salah satu aspek penting
dari kehidupan anak dan salah satu alat paling penting untuk menatalaksanakan
stres karena hospitalisasi menimbulkan krisis dalam kehidupan anak, dan karena
situasi tersebut sering disertai stress berlebihan, maka anak-anak perlu
bermain untuk mengeluarkan rasa takut dan cemas yang mereka alami sebagai alat
koping dalam menghadapi stress. Bermain sangat penting bagi mental, emosional
dan kesejahteraan anak seperti kebutuhan perkembangan dan kebutuhan bermain
tidak juga terhenti pada saat anak sakit atau anak di rumah sakit (Wong, 2009).
2. Fungsi
Bermain Pada Anak
Anak bermain pada dasarnya agar ia memperoleh kesenangan,
sehingga tidak akan merasa jenuh. Bermain tidak sekedar mengisi waktu tetapi
merupakan kebutuhan anak seperti halnya makan, perawatan dan cinta kasih.
Fungsi utama bermain adalah merangsang perkembangan sensoris-motorik,
perkembangan sosial, perkembangan kreativitas, perkembangan kesadaran diri,
perkembangan moral dan bermain sebagai terapi (Soetjiningsih, 2005)
Sebelum memberikan berbagai jenis permainan pada anak,
maka orang tua seharusnya mengetahui maksud dan tujuan permainan pada anak yang
akan diberikan, agar diketahui perkembangan anak lebih lanjut,mengingat anak
memiliki berbagai masa dalam tumbuh kembang yang membutuhkan stimulasi dalam
mencapai puncaknya seperti masa kritis,optimal dan sensitif. (Hidayat, 2008)
Untuk lebih jelasnya dibawah ini terdapat beberapa fungsi
bermain pada anak diantaranya :
a.
Membantu Perkembangan Sensorik dan
Motorik. Fungsi bermain pada anak ini adalah dapat dilakukan dengan melakukan
rangsangan pada sensorik dan motorik melalui rangsangan ini aktifitas anak
dapat mengeksplorasikan alam sekitarnya sebagai contoh bayi dapat dilakukan
rangsangan taktil,audio dan visual melalui rangsangan ini perkembangan
sensorik dan motorik akan meningkat.Hal tersebut dapat dicontohkan sejak lahir
anak yang telah dikenalkan atau dirangsang visualnya maka anak di kemudian hari
kemampuan visualnya akan lebih menonjol seperti lebih cepat mengenal sesuatu
yang baru dilihatnya. Demikian juga pendengaran, apabila sejak bayi dikenalkan
atau dirangsang melalui suara-suara maka daya pendengaran dikemudian hari anak
lebih cepat berkembang dibandingkan tidak ada stimulasi sejak dini.
b. Membantu Perkembangan Kognitif. Perkembangan
kognitif dapat dirangsang melalui permainan. Hal ini dapat terlihat pada saat
anak bermain, maka anak akan mencoba melakukan komunikasi dengan bahasa anak,
mampu memahami obyek permainan seperti dunia tempat tinggal, mampu membedakan
khayalan dan kenyataan, mampu belajar warna, memahami bentuk ukuran dan
berbagai manfaat benda yang digunakan dalam permainan,sehingga fungsi bermain
pada model demikian akan meningkatkan perkembangan kognitif selanjutnya.
c. Meningkatkan Sosialisasi Anak. Proses
sosialisasi dapat terjadi melalui permainan, sebagai contoh dimana pada usia
bayi anak akan merasakan kesenangan terhadap kehadiran orang lain dan merasakan
ada teman yang dunianya sama, pada usia toddler anak sudah mencoba bermain
dengan sesamanya dan ini sudah mulai proses sosialisasi satu dengan yang lain,
kemudian bermain peran seperti bermain-main berpura-pura menjadi seorang guru,
jadi seorang anak, menjadi seorang bapak, menjadi seorang ibu dan lain-lain,
kemudian pada usia prasekolah sudah mulai menyadari akan keberadaan teman
sebaya sehingga harapan anak mampu melakukan sosialisasi dengan teman dan orang
lain.
d. Meningkatkan Kreatifitas. Bermain juga
dapat berfungsi dalam peningkatan kreatifitas, dimana anak mulai belajar
menciptakan sesuatu dari permainan yang ada dan mampu memodifikasi objek yang
akan digunakan dalam permainan sehingga anak akan lebih kreatif melalui model
permainan ini, seperti bermain bongkar pasang mobil-mobilan.
e.
Meningkatkan Kesadaran Diri. Bermain
pada anak akan memberikan kemampuan pada anak untuk ekplorasi tubuh dan
merasakan dirinya sadar dengan orang lain yang merupakan bagian dari individu
yang saling berhubungan, anak mau belajar mengatur perilaku, membandingkan
dengan perilaku orang lain.
f.
Mempunyai Nilai Terapeutik. Bermain
dapat menjadikan diri anak lebih senang dan nyaman sehingga adanya stres dan ketegangan
dapat dihindarkan, mengingat bermain dapat menghibur diri anak terhadap
dunianya.
g. Mempunyai Nilai Moral Pada Anak. Bermain
juga dapat memberikan nilai moral tersendiri kepada anak, hal ini dapat
dijumpai anak sudah mampu belajar benar atau salah dari budaya di rumah, di
sekolah dan ketika berinteraksi dengan temannya, dan juga ada beberapa
permainan yang memiliki aturan-aturan yang harus dilakukan tidak boleh
dilanggar (Soetjiningsih, 2005)
3. Pedoman
Untuk Keamanan Bermain
Menurut Soetjiningsih (2005), agar anak-anak dapat
bermain dengan maksimal, maka diperlukan hal-hal seperti:
a. Ekstra energi.
Untuk bermain
diperlukan energi ekstra. Anak-anak yang sakit kecil kemungkinan untuk
melakukan permainan.
b. Waktu
Anak harus
mempunyai waktu yang cukup untuk bermain sehingga stimulus yang diberikan dapat
optimal.
c. Alat permainan
Untuk bermain
alat permainan harus disesuaikan dengan usia dan tahap perkembangan anak serta
memiliki unsur edukatif bagi anak.
d. Ruang untuk
bermain
Bermain dapat
dilakukan di mana saja, di ruang tamu, halaman, bahkan di tempat tidur.
e. Pengetahuan
cara bermain
Dengan
mengetahui cara bermain maka anak akan lebih terarah dan pengetahuan anak akan
lebih berkembang dalam menggunakan alat permainan tersebut.
f. Teman bermain
Teman bermain
diperlukan untuk mengembangkan sosialisasi anak dan membantu anak dalam
menghadapi perbedaan. Bila permainan dilakukan bersama dengan orangtua, maka
hubungan orangtua dan anak menjadi lebih akrab.
Ada juga yang disebut dengan Alat Permainan Edukatif
(APE). APE Merupakan alat permainan yang dapat memberikan fungsi permainan
secara optimal dan perkembangan anak,dimana melalui alat permainan ini anak
akan selalu dapat mengembangkan kemampuan fisiknya,bahasa,kemampuan
kognitifnya,dan adaptasi sosialnya.Dalam mencapai fungsi perkembangan secara
optimal,maka alat permainan ini harus aman,ukurannya sesuai dengan usia
anak,modelnya jelas, menarik, sederhana, dan tidak mudah rusak. (Amaludin, 2012)
Dalam penggunaan alat permainan edukatif ini banyak
dijumpai pada masyarakat kurang memahami jenis permainan karena banyak orang
tua membeli permainan tanpa memperdulikan jenis kegunaan yang mampu
mengembangkan aspek tersebut,sehingga terkadang harganya mahal,tidak sesuai
dengan umur anak dan tipe permainannya sama. (Amaludin, 2012)
Untuk mengetahui alat permainan edukatif,ada beberapa
contoh jenis permainan yang dapat mengembangkan secara edukatif seperti :
permainan sepeda roda tiga atau dua,bola,mainan yang ditarik dan didorong jenis
ini mempunyai pendidikan dalam pertumbuhan fisik atau motorik kasar, kemudian
alat permainan gunting, pensil, bola, balok, lilin jenis alat ini dapat
digunakan dalam mengembangkan motorik halus, alat permainan buku bergambar,
buku cerita, puzzle, boneka, pensil warna, radio dan lain-lain, ini dapat digunakan
untuk mengembangkan kemampuan kognitif atau kecerdasan anak, alat permainan
seperti buku gambar, buku cerita, majalah, radio, tape dan televise tersebut
dapat digunakan dalam mengembangkan kemampuan bahasa, alat permainan seperti
gelas plastik, sendok, baju, sepatu, kaos kaki semuanya dapat digunakan dalam
mengembangkan kemampuan menolong diri sendiri dan alat permainan seperti kotak,
bola dan tali, dapat digunakan secara bersama dapat dilakukan untuk
mengembangkan tingkah laku sosial. (Amaludin, 2012)
Selain menggunakan alat permainan secara edukatif, harus
ada peran orang tua atau pembimbing dalam bermain yang memiliki kemampuan
tentang jenis alat permainan dan kegunaannya, sabar dalam bermain, tidak
memaksakan, mampu mengkaji kebutuhan bermain seperti kapan harus berhenti dan
kapan harus dimulai, memberikan kesempatan untuk mandiri. (Amaludin, 2012)
4. Karakteristik
Bermain (Bayi-Prasekolah)
Dalam bermain pada anak tidaklah sama dalam setiap usia
tumbuh kembang melainkan berbeda, hal ini dikarenakan setiap tahap usia tumbuh
kembang anak selalu mempunyai tugas-tugas perkembangan yang berbeda sehingga
dalam penggunaan alat selalu memperhatikan tugas masing-masing umur tumbuh
kembang. Adapun karakteristik dalam setiap tahap usia tumbuh kembang anak:
a.
Usia 0-1 tahun
Pada usia ini
perkembangan anak mulai dapat dilatih dengan adanya reflex, melatih kerja sama
antara mata dan tangan, mata dan telinga dalam
berkoordinasi, melatih mencari objek yang ada tetapi tidak
kelihatan, melatih mengenal asal suara, kepekaan
perabaan, keterampilan dengan gerakan yang berulang, sehingga fungsi
bermain pada usia ini sudah dapat memperbaiki pertumbuhan dan perkembangan.
Jenis permainan
ini permainan yang dianjurkan pada usia ini antara lain: benda (permainan) aman
yang dapat dimasukkan kedalam mulut, gambar bentuk muka, boneka
orang dan binatang, alat permaianan yang dapat digoyang dan
menimbulkan suara, alat permaian berupa selimut, boneka, dan
lai-lain.
b.
Usia 1-2 tahun
Jenis permainan
yang dapat digunakan pada usia ini pada dasarya bertujuan untuk melatih anak
melakukan gerakan mendorong atau menarik, melatih melakukan imajinasi, melatih
anak melakukan kegiatan sehari-hari dan memperkenalkan beberapa bunyi dan mampu
membedakannya. Jenis permainan ini seperti semua alat permainan yang dapat
didorong dan di tarik, berupa alat rumah tangga, balok-balok, buku bergambar,
kertas, pensil berwarna, dan lain-lain.
c.
Usia 3-6 tahun
Pada usia 3-6
tahun anak sudah mulai mampu mengembangkan kreativitasnya dan sosialisasi sehingga
sangat diperlukan permainan yang dapat mengembangkan kemampuan menyamakan dan
membedakan, kemampuan berbahasa, mengembangkan kecerdasan, menumbuhkan
sportifitas, mengembangkan koordinasi motorik, menegembangkan dan mengontrol
emosi, motorik kasar dan halus, memperkenalkan pengertian yang bersifat ilmu
pengetahuan dan memperkenalkan suasana kompetensi serta gotong royong. Sehingga
jenis permainan yang dapat digunakamn pada anak usia ini seperti benda-benda
sekitar rumah, buku gambar, majalah anak-anak, alat gambar, kertas untuk
belajar melipat, gunting, dan air (Pilletteri, 2005)
5. Alat Permainan Menurut Usia Sekolah
Ditinjau dari kelompok usia, jenis permainan
dibagi menjadi permainan untuk bayi, prasekolah, sekolah dan remaja. Tetapi di
sini peneliti hanya membahas tentang anak usia sekolah (6 tahun sampai 12
tahun) yaitu:
Kemampuan
sosial anak pada usia ini sudah semakin meningkat, dimana anak sudah mampu
untuk bekerja sama dengan teman sepermainannya. Dalam hal ini, sering sekali
pergaulan dengan teman menjadi tempat belajar mengenal norma baik atau buruk.
Karakteristik permainan untuk anak usia sekolah dibedakan menurut jenis
kelaminnya. Anak laki-laki lebih tepat jika diberikan mainan jenis mekanik yang
akan menstimulasi kemampuan kreativitasnya dalam berkreasi sebagai laki-laki
seperti mobil-mobilan. Anak perempuan lebih tepat diberikan permainan yang
dapat menstimulasi perasaan, pemikiran dan sikap dalam menjalankan peran
sebagai seorang perempuan seperti memasak dan boneka (Supartini, 2004)
Karakteristik
bermain lainnya seperti: bermain menjadi lebih terorganisir dan aturannya dan
ada yang memimpin, mempunyai kesadaran terhadap aturan main, tingkat yang lebih
tinggi yaitu keterampilan berpikir dan mulai olah raga kompetitif. Contoh
permainan dan aktivitas seperti: perminan tebak-tebakan, menggambar, koleksi,
peran aktivitas seksual (memasak dan lainnya), permainan fisik, permainan
kompetitif, membaca, video game, radio dan TV serta bermain sepeda (Suriadi,
2006).
|
FADHIL AKMAL
MASUKKAN TOMBOL TWEET DISINI |
|
0 komentar:
Posting Komentar