;

Rabu, 28 Agustus 2019

LAPORAN PENDAHULUAN : DISMENORHEA

Rabu, 28 Agustus 2019

Penyakit, Kedokteran, Kesehatan, Obat, Nyeri, Tablet


Pengertian
Menurut Benson (2009) definisi dismenorhea adalah kejang perut bagian bawah yang hebat dan sangat sakit tepat sebelum atau selama menstruasi. Gejalanya dapat berupa berkeringat, takikardi, sakit kepala, mual, muntah, diare dan gemetar.
Sedangkan menurut Schwartz (2005) bahwa “Dismenorhea didefinisikan sebagai menstruasi yang terasa nyeri”. Rasa nyeri sering digambarkan sebagai nyeri kram pada abdomen bagian bawah yang terjadi selama haid.

Klasifikasi
Dismenorhea dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu:
a.    Dismenorhea primer
Menurut Bobak (2005), Dismenorhea primer terjadi, jika tidak ada penyakit organik, biasanya dari bulan ke enam sampai tahun ke dua setelah manorche. Dismenorhea ini sering kali hilang pada usia 25 tahun atau setelah wanita hamil dan melahirkan per vaginam.
Sedangkan menurut Benson (2009), Dismenorhea primer ditujukan untuk wanita tanpa indikasi patologis atau kondisi yang yang mungkin dapat menyebabkan gejala. Dismenorhea primer dimulai saat mendekati menarke (>20 tahun). Mungkin peningkatan prostaglandin dalam endometrium sekretorik menyebabkan kontraksi uterus yang nyeri dan gejala-gejala lain dismenorhea primer.
b.    Dismenorhea Sekunder
Menurut Hendrik (2006) bahwa “Dismenorhea skunder merupakan dismenorhea yang jarang terjadi, biasanya terjadi pada wanita yang berusia sebelum 25 tahun”. Pada kebanyakan kasus yang ditemukan dismenorhea sekunder penyebabnya adalah endometritis atau penyakit peradangan rongga dalam daerah kemaluan.
Sedangkan menurut Benson (2009), “Dismenorhea skunder meliputi keadaan atau kelainan pelvis yang menyebabkan rasa sakit. Dismenorhea skunder biasanya didapat pada masa lebih lanjut dalam kehidupan (>30 tahun). Keadaan-keadaan yang dapat menyebabkan dismenorhea adalah endometriosis, adenomiosis, infeksi,dan pelekatan pelvis, kongesti pelvis, stenosis serviks, polip endometrium yang menyebabkan sumbatan aliran keluar serviks, tingkah laku tertentu, stres dan ketegangan.

Manifestasi Klinis
Menurut Heitkemper, dkk (1991) dalam Bobak (2005) tanda dan gejala dismenorhea dapat berupa nyeri punggung, kelemahan, pengeluaran keringat, gejala saluran cerna (anoreksia, mual, muntah, dan diare), dan gejala sistem saraf pusat (pusing, sinkop, nyeri kepala, dan konsentrasi buruk).
Sedangkan menurut Hendrik (2006), “Gejala utama adalah nyeri kram pada perut mulai terjadi pada 24 jam pertama sebelum terjadinya perdarahan haid dan dapat bertahan selama 24-36 jam meskipun beratnya hanya berlangsung selama 24 jam pertama saat terjadinya perdarahan haid”.

Penanganan
a.    Dismenorhea primer
Untuk beberapa wanita, panas (kompres panas atau mandi air panas), masase, distraksi, latihan fisik dan tidur cukup untuk meredakan dismenorhea primer. Pengubahan diet dengan mengurangi garam dan peningkatan penggunaan deuretik alami, seperti asparagus atau daun sup, dapat mengurangi edema dan rasa tidak nyaman yang timbul (Bobak, 2005)
Sedangkan menurut Geri Morgan (2009), “Tindakan yang dapat dilakukan untuk mengurangi dismenorhea adalah dengan cara latihan fisik, panas, orgasme yang mampu, meredakan kongesti panggul, hindari kafein yang dapat meningkatkan pelepasan prostaglandin, pijat daerah punggung, kaki, atau betis, istirahat, dan obat-obatan seperti: kontrasepsi oral menghambat ovulasi sehingga meredakan gejala, mirena atau progestasert dapat mencegah keram, obat pilihan adalah ibuprofen, 200-250 mg, diminum per oral setiap 4-12 jam, tergantung dosis namun tidak melebihi 600 mg dalam 24 jam. Alave (natrium naproksen) 200 mg juga dapat diminum per oral setiap 6 jam, dan yang terakhir terapi komplementer.
b.    Dismenorhea skunder
Terapi spektrum luas harus diberikan segera saat diagnosis ditegakkan untuk mencegah kerusakan permanen (misal : adhesi,  sterilitas). Rekomendasi dari Center For Disease Control and Prevention (CDC) adalah minum 400 mg oflaksasin per oral 2 kali/hari selama 14 hari ditambah 500 mg Flagyl 2 kali/hari selama 14 hari, berikan 250 mg seftriaxon IM atau 2 g sefoksitin IM, dan 1 g probenesid per oral ditambah 100 mg doksisiklin per oral. 2 kali/hari selama 14 hari. Untuk kasus yang serius konsultasikan dengan dokter spesialis (Geri Morgan, 2009)



TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGANNYA

FADHIL AKMAL - Agustus 28, 2019
MASUKKAN TOMBOL TWEET DISINI

0 komentar:

Posting Komentar

loading...