Pengertian
Demam typhoid adalah penyakit akut yang
disebabkan oleh bakteri Salmonella enterica typhi (S typhi). Sementara demam
ParaTyphoid, penyakit yang gejalanya mirip namun lebih ringan dari demam
typhoid disebabkan oleh S ParaTyphi A, B atau C. 2 bakteri S typhi hanya
menginfeksi manusia. Orang biasanya menderita penyakit ini setelah memakan atau
meminum yang terkontaminasi oleh kotoran (feses) yang mengandung S
typhi.(Hidayat, 2006).
Demam typhus atau Typhus Abdominalis
adalah suatu infeksi akut yang terjadi pada usus kecil yang disebabkan oleh
kuman Salmonella Typhi. Typhi dengan masa tunas 6-14 hari. Demam typhoid yang
terbesar di seluruh dunia tidak tergantung pada iklim.Kebersiha perorangan yang
buruk merupakan sumber dari penyakit ini meskipun lingkungan hidup umumnya
adalah baik (Widodo, 2006).
Menurut Judarwanto (2012) demam typhoid
atau typhoid adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri Salmonella enterica,
khususnya turunannya yaitu Salmonella Typhi.Penyakit ini dapat ditemukan
diseluruh dunia, dan disebarkan melalui makanan dan minuman yang terlah
tercemar oleh tinja.Demam Typhoid juga dikenal sebagain demam enterik, adalah
penyakit multisistemik fatal terutama disebabkan oleh Salmonella typhi.Manifestasi
protean demam typhoid membuat penyakit ini menjadi tantangan diagnostic
benar.Presentasi klasik mencakup demam, malaise, sakit perut menyebar,
sebelit.Tidak diobati, demam typhoid adalah penyakit melelahkan yang dapat
berkembang menjadi Delirium, Optundation, perdarahan usus, perforasi usus, dan
kematian dalam waktu satu bulan onset.Korban dapat dibiarkan komplikasi
Neuropsikiatri jangka panjang atau permanen.
Typhoid Abdominalis adalah penyakit
infeksi akut yang biasanya mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam yang
lebih dari satu minggu, gangguan pada pencernaan, dan gangguan kesadaran.
(Nursalam, M.Nurs dkk, 2005)
Demam typhoid adalah penyakit menular
yang bersifat akut, yang ditandai dengan bakterinia, perubahan pada system
retikuloendotelial yang bersifat difus, pembentuka mikroapses dan ulserasi
nodus peyer distalileum. (Soegeng Soegijanto, 2005)
Patogenesis
Masa inkubasi penyakit ini rata-rata
7-14 hari.Manifestasi klinik pada anak umumnya bervariasi.Demam adalah gejala
yang paling utama diantara gejala klinisnya.Pada minggu pertama, tidak ada
gejala khas dari penyakit ini.Bahkan, gejalanya menyerupai penyakit akut
lainnya. Gejala yang muncul antara lain demam, sering bengong atau tidur
melulu, sakit kepala, mual, muntah, nafsumakan menurun, sakit perut, diare,
atau justru sembelit (sulit buang air besar) selama babarapa hari. Peningkatan
suhu bertambah setiap hari.Setelah minggu kedua, gejala bertambah jelas.Demam
yang dialami semakin tinggi, lidah kotor, bibir krring, kembung, penderita
terlihat acuh tidak acuh dan lain-lain. (Judarwanto, 2012)
Infeksi terjadi pada saluran
pencernaan.basil diserap di usus halus melalui bembuluh linfe lalu masuk
kedalam peredaran darah sampai di
organ-organ lain, terutama dalam hati dann linfa. Basil yang tidak dihancurkan
berkembang biak dalam hati dan linfa sehingga organ-organ tersebut akan
membesar (Hipertropi) disertai nyeri pada perabaan, kemudian basil masuk
kembali kedalam darah (Bakterimia) dan menyebar keseluruh tubuh terutama ke
dalam kelenjar limfoid usus halus, sehingga menimbulkan tukak berbentuk lonjong
pada mukosa diatas plak penyeri. Tukak tersebut dapat menimbulkan pendarahan
dan perforasi usus.Gejala demam disebabkan oleh endotoksin, sedangkan gejala
pada saluran pencernaan disebabkan oleh kelainan pada usus. (Ngastiyah, 2005)
Banya orang yang tidak terlihat sakit
tapi berpotensi menyebarkan penyakit tifus.Inilah yang disebut dengan pembawa
penyakit tifus.Meski sudah dinyatakan sembuh, bukan tidak mungkin mantan
penderita masih menyimpan bakteri tifus dalam tubuhnya.Bakteri bisa bertahan
berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun.Sebagian bakteri penyebab tifus ada yang
bersembunyi di kantong empedu. Bias saja bakteri ini keluar dan bercampur
dengan tinja. Bakteri ini dapat keluar lewat air seni atau tinja
penderita.(Judarwanto, 2012).
Infeksi terjadi pada saluran pencernaan.
Bbasil diserap diusus halus melalui pembuluh linfa lalu masuk kedalam peredaran
darah sampai diorgan-organ lain,
terutama hati dan linfa. Basil yang tidak dihancurkan berkembang biak dalam
hati dan linfa sehingga organ-organ tersebut akan membesar (Hipertropi)
disertai nyeri pada perabaan, kemudian basil masuk kembali kedalam darah
(Bakterimia) dan menyebar keseluruh tubuh terutama ke dalam kelenjar limfoid
usus halus, sehingga menimbulkan tukak berbentuk lonjong pada mukosa diatas
plak penyeri. Tukak tersebut dapat menimbulkan pendarahan dan perforasi
usus.Gejala demam disebabkan oleh endotoksin, sedangkan gejala pada saluran
pencernaan disebabkan oleh kelainan pada usus. (Ngastiyah, 2005)
Manifestasi
Klinis
Masa tunas 10-20 hari
yang tersingkat 4 hari jika infeksi terjadi melalui makanan, sedangkan jika
melalui minuman yang terlama 30 hari. Selama masa inkubasi mungkin ditemukan
gejala prodromal yaitu perasaan tidak enak badan, lesu, nyeri kepala, pusing
dan tidak bersemangat, nafsu makan kurang.Pada kasus yang khas demam
berlangsung 3 minggu, bersifat febris remiten dan suhu tidak tinggi
sekali.Selama minggu pertama, suhu tubuh berangsur-angsur naik setiap hari,
biasanya menurun pada pagi hari dan meningkat lagi pada sore dan malam
hari.Dalam minggu kedua pasien terus berada dalam keadaan demam, pada minggu
ketiga, suhu berangsur turun dan normal kembali pada akhir minggu
ketiga.Gangguan pada saluran pencernaan.Pada mulut terdapat nafas berbau tidak
sedap, bibir kering dan pecah-pecah (ragaden).Lidah tertutup selaput putih
kotor (coated tongue), ujung dan tepinya kemerahan. Gangguan kesadaran, umumnya
kesadaran pasien menurun walaupun tidak dalam yaitu apatis sampai somnolen,
jarang terjadi stupor atau koma(kecuali penyakitnya berat dan terlambat
mendapatkan pengobatan). Pada punggung atau anggota gerak dapat ditemukan
roseola yaitu bintik-bintik kemerahan karena emboli basil dalam kapiler kulit
yang dapat ditemukan pada minggu pertama demam.(Andriana, 2012).
Menurut Judarwanto
(2012) keluhan dan gejala demam typhoid tidak khas, dan bervariasi dari gejala
seperti flu ringan sampai tampilan sakit berat dan fatal yang mengenai banyak
system organ.Secara klinis gambaran penyakit demam typhoid berupa demam
berkepanjangan, gangguan fungsi usus, dan keluhan susunan saraf pusat.
a. Panas
lebih dari satu hari, biasanya mulai dengan sumer yang makin hari makin
meninggi, sehingga pada minggu kedua panas tinggi terus menerus terutama pada malam
hari.
b. Gejala
gastrointestinal dapat berupa obstipasi, diare, mual, muntah, dan kembung,
hepatomegaly, splenomegali dan lidah kotor hiperemi.
c. Gejala
sarap sentral berupa delirium, apatis, somnolen, spoor, bahkan sampai koma.
Menurut
Andriani (2011) test diagnosis yang perlu dilakukan pada pasien demam typhoid
adalah :
a. Pemeriksaan
darah
1) Pemeriksaan
darah untuk kultur (biakan empedu)
Salmonella
typhosa dapat ditemukan dalam darah penderita pada minggu pertama sakit, lebih
sering ditemukan dalam urine dan feces dalam waktu yang lama.
2) Pemeriksaan
widal
Pemeriksaan
widal merupakan pemeriksaan yang dapat menentukan diagnosis typhoid abdominalis secara
pasti.Pemeriksaan ini perlu dikerjakan pada waktu masuk dan setiap minggi
berikutnya. (diperlukan darah vena sebanyak 5cc untuk kultur dan widal).
b. Pemeriksaan
sumsum tulang belakang
Terdapat
gambaran tulang belakang berupa hiperaktif Reticulum Endotel System (RES)
dengan adanya sel makrofak.
Menurut
Owthey (2010) pada pemekrisaan hematologi rutin didapatkan peningkatan leukosit
sebagai penanda adanya proses infeksi. Pada pemeriksaan widal yang dilakukan
setelah panas hari 7, dinyatakan bermakna bila titer O > 1/320, atau titer O
< 1/320 dan meningkat 4 kali lipat dlam dua minggu, atau titer O (-) pada
awal pemeriksaan dan menjadi positif dalam dua minggu tanpa melihat angka
titer. Gall kultur dengan media carr empedu menggunakan diagnose pasti demam
typhoid hasilnya positf, namun demikian, bila hasil kultur negative belum
menyingkirkan kemungkinan typhoid, karena beberapa alasan yaitu pengaruh
pemberian antibiotika, sampel yang tidak mencukupi, yaitu darah < 5cc,
riwayat vaksinasi sebelumnya, dan pengambilan darah setelah minggu pertama,
sebab pada minggu pertama aglutinin
dalam darah masih tinggi sehingga menekan pertumbuhan kuman.
Penatalaksanaan
Pada demam
typhoid obat pilihan yang digunakan adalah chloramphenicol dengan dosis 4 x
500mg. paracitamol diberikan sebagai penurun panas dengan dosis 3 x 500mg,
mempertahankan asumsi kalori dan cairan yang adekuat. Membertikan diet bebas
yang rendah serat pada penderita tanpa gejala meteorismus, dan diet bubur
saring pada penderita dengan meteorismus. Cairan yang adekuat untuk mencegah
dehidrasi akibat muntah dan diare istirahat tirah baring (Owthey, 2010)
Menurut Andriana (2011) pasien typhoid
perlu dirawat dirumah sakit untuk mendapatkan perawatan, observasi dan
diberikan pengobatan yakni isolasi pasien, desinfeksi pakaian.Perawaban yang
baik untuk menghindari komplikasi, mengingat sakit yang lama, lemah, anoreksia
dan lain-lain.Istirahat selama demam sampai 2 minggu setelah suhu normal
kembali (istirahat total), kemudian boleh duduk jika tidak panas lagi, boleh
berdiri kemudian berjalan diruangan.
Pengobatan yang sering
digunakan adalah :
a. Cloramphenicol
Cloramphenicol masih
merupakan obat utama untuk pengobatan typhoid. Dosis untuk anak : 20-100 mg/kg
BB/dibagi dalam 4 dosis sampai 3 hari bebas panas/minimal 14 hari.
b. Kotrimoksazol
dosis untuk anak : 8-20
mg/kg BB/hari dalam 2 dosis sampai 5 hari bebas panas/minimal 10 hari.
Bila terjadi ikterus
dan hepatomegali : selain Cloramphenicol juga di terapi dengan ampicillin
100ng/kg BB/hari selama 14 hari dalam 4 dosis (Adriana, 2010).
Komplikasi
Komplikasi demam
typhoid menurut Adriana (2011) dibagi dalam :
a.
Komplikasi
Intestinal
1) Pendarahan
usus
2) Perforasi
usus
3) Ileus
paralitik
b.
Komplikasi
ekstra-intesnital
1) Komplikasi
kordiovaskuler
Kegagalan
sirkulasi perifel (renjaran sepsis) miokarditis, thrombosis, dan
tromboflebitis.
2) Komplikasi
darah
Anemia
hemolitik,trombositiperia dan sidrom uremia hemolitik.
c.
Komplikasi
paru
Pneumonia, emfiema, dan
pleuritis.
d.
Komplikasi
hepair dan kandung empedu
Hepatitis dan
kolesistitis
e.
Komplikasi
ginjal
Glomerulonefritis,
periostitis, spondilitis, dan arthiritis.
f.
Komplikasi
neuropsikiatrik
Delirum, meningusmus,
meningistis, polyneuritis perifer, sindrom, katatoni.
Penangganan
Diet
Diet makanan harus mengandung cukup cairan, kalori dan tinggi protein. Bahan
makanan tidak boleh mengandung banyak serat, tidak merangsang dan tidak
menimbulkan gas, susu 2 gelas sehari, bila kesadaran pasien menurun diberikan
makanan cair melalui sonde lambung. Jika kesadaran dan nafsu makan anak baik
dapat juga diberikan makanan biasa.(Andriana, 2011).
Makanan yang rendah serat dan rendah
sisa bertujuan untuk memberikan makanan sesuai kebutuhan gizi yang sedikit
mungkin meninggalkan sisa sehingga dapat membatasi volume fases, dan tidak
merangsang saluran cerna.Pemberian bubur saring, juga ditujukan untuk
menghindari terjadinya komplikasi perdarahan saluran cerna atau perforasi
usus.Syarat-syarat deit sisa rendah adalah energi cukup sesuai dengan umur,
jenis kelamin dan aktivitas, protein cukup yaitu 10-15% dari kebutuhan energi
total.Lemak sedang yaitu 10-25% dari kebutuhan energi total.Kabohidrat cukup
yaitu sisa kebutuhan energi total.Menghindari makanan berserat tinggi dan
sedang sehingga asupan serat maksimal 8gr/hari. Pembatasan ini disesuaikan
dengan tolerasi perorangan, mengindari susu, produk susu, daging berserat kasar
(lidah) sesuai dengan tolerasi
perorangan,menghindari makanan yang terlalu berlemak, terlalu manis, terlalu
asam, dan berbumbu tajam,makanan dimasak hingga lunak dan dihidangkan pada suhu
yang tidak terlalu panas dan dingin. Makanan sering dihidangkan dalam porsi kecil,
jika diberikan dalam jangka waktu lama atau dalam keadaan khusus, diet perlu
disertai dengan suplemen vitamin dan mineral, makanan formula atau makanan
perenteral. (Utami, 2010)
Menurut Denys (2012) penderita penyakit
demam typhoid selama menjalani perawatan haruslah mengikuti petunjuk diet yang
dianjurkan oleh dokter untuk di konsumsi, antara lain makanan yang cukup
cairan, kalori, vitamin, dan protein, tidak mengandung banyak serat, tidak
merangsang dan tiding mengandung banyak gas, dan makanan lunak diberikan saat
istirahat. Pada mulanya penderita diberikan bubur saring kemudian bubur kasar
untuk mengindari komplikasi perdarahan usus dan perforasi usus.Hasil penelitian
menunjukkan bahwa pemberian makanan padat secara dini yaitu nasi, lauk pauk yang
rendah sellulosa (pantang sayuran dengan serat kasaar) dapat diberikan dengan
aman bigi penderita.Untuk kembali kemakanan “normal”, lakukan secara bertahap
bersamaan dengan mobilisasi.Misalnya hari pertama dan kedua makanan lunak, hari
ke-3 makanan biasa dan seterusnya.
|
FADHIL AKMAL
MASUKKAN TOMBOL TWEET DISINI |
|
0 komentar:
Posting Komentar