;

Senin, 23 September 2019

LAPORAN PENDAHULUAN : RHEUMATOID ARTHRITIS

Senin, 23 September 2019

Lutut, Tua, Perawatan, Cedera, Nyeri, Nyeri Lutut, Peradangan


Pengertian
Rheumatoid Arthritis adalah suatu penyakit inflamasi kronis yang menyebabkan degenerasi jaringan penyambung. jaringan penyambung yang biasanya mengalami kerusakan pertama kali adalah membrane synovial, yang melapisi sendi. Pada Rheumatoid Arthritis inflamasi tidak berkurang dan menyebar ke struktur sendi disekitarnya, termasuk kartilago, artikular, dan kampus sendi fibrosa. (Corwin, 2009)
Rheumatoid Arthritis adalah suatu penyakit inflamasi progresif, sistematik dan kronis. Rheumatoid Arthritis merupakan peradangan yang kronis dan sistemik pada sendi synovial. (Suratun, 2008)
Rheumatoid Arthritis adalah penyakit multisystem kronik yang ditandai dengan beragam manifestasi klinik dengan awitan penyakit umumnya pada usia 25 sampai 50 tahun. Gambaran utama adalah sinovitis inflamatorik yang biasanya mengenai sendi perifer. (Williams, 2009)

Penyebab
Rheumatoid Arthritis merupakan penyakit yang otoimun yang terjadi pada individu rentan setelah respon imun terhadap agen pemicu yang tidak diketahui. Agen pemicunya adalah bakteri, mikoplasma, atau virus yang menginfeksi sendi atau mirip sedi secara antigenic. Biasanya respon antibody awal terhadap mikroorganisme diperantarai oleh IgG. Walaupun respon ini berhasil menghancurkan mikroorganisme, individu yang mengalami Rheumatoid Arthritis mulai membentuk antibody lain, biasanya igM atau IgG, terhadap antibody IgG awal. Antibody yang ditujukan kepada komponen tubuh sendiri disebut faktor rheumatoid. Faktor rheumatoid menetap dikapsul sendi sehingga menyebabkan inflamasi kronis dan kerusakan jaringan. (Corwin, 2009)
Menurut Suratun (2008) penyebab penyakit ini belum diketahui secara pasti, namun predisposisinya adalah mekanisme imunitas (antigen-antibodi) dan faktor metabolic dan infeksi virus.
Menurut Wijayakusuma (2007) Rheumatoid Arthritis bersifat kekambuhan. Penyebab Rheumatoid Arthritis tidak diketahui secara pasti. Diduga penyebab utamanya adalah gangguan autoimunitas dan berhubungan dengan faktor infeksi, genetis dan endokrin. Saat ini dipercaya bahwa penderita yang mudah terkena Rheumatoid Arthritis secara genetis mengembangkan antibody immunoglobin G yang abnormal atau yang telah berubah saat terkena suatu antigen.

Manifestasi Klinis
Penyakit Rheumatoid Arthritis memiliki kecenderungan merusak tulang rawan, menyebebkan erosi tulang dan menimbulkan kerusakan sendi. Timbul nyeri yang diperburuk oleh gerakan, disertai pembengkakan dan nyeri tekan. Selain gejala sinovisis, sebagian pasien memperlihatkan gejala rasa lelah, anoreksia, lemah otot, penurunan berat badan, dan gejala tulang-tulang otot yang samar. Kelainan diluar sendi adalah nodus rheumatoid, vaskulitis, dan gejala pleurapulmoner. Untungnya ginjal biasanya tidak terkena. (Williams, 2009)
Awitan Rheumatoid Arthritis ditandai oleh gejala umum inflamasi seperti demam, keletihan, nyeri tubuh, dan pembengkakan sendi. Nyeri tekan sendi dan kekakuan sendi terjadi, mula-mula karena inflamasi akut dan kemudian akibat pembentukan jaringan parut. Gejala lain berupa penurunan rentang gerak, deformitas sendi, dan kontraksi otot. (Corwin, 2009)
Menurut Suratun (2008) manifestasi klinis Rheumatoid Arthritis digolongkan menjadi 2 yaitu : (1). Setempat, yaitu sakit pada persendian disertai kaku dan gerakan terbatas. Lambat laun membengkak, panas, merah, dan lemah. Perubahan bentuk tangan, jari tangan seperti leher angsa, devisiasi ulna. Semua sendi dapat terserang (panggul, lutut, pergelangan tangan, siku, bahu, rahang). (2). (sistemik, yaitu mudah capek, lemah dan lesu, demam, takikardia, berat badan menurun, anemia.
Rheumatoid Arthritis pada awalnya menghasilkan gejala yang tidak khusus seperti merasa tidak enak badan, kelelahan, adanya rasa dingin pada kaki dan tangan, demam, tidak nafsu makan, berat badan menurun, serta kekakuan umum dan nyeri pada persendian. Secara khusus Rheumatoid Arthritis ditandai dengan peradangan pada jaringan disekitar sendi yang disebut dengan sinovium sehingga timbul gejala nyeri yang berkepanjangan, bengkak, sendi berwarna merah, dan terasa panas jika disentuh. Sendi yang terkena menjadi kaku terutama pada saat bangun dipagi hari. (Wijayakusuma, 2007)

Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan yang dapat dilakukan pada pasien Rheumatoid Arthritis yaitu peningkatan faktor rheumatoid serum, perubahan radiograf mencakup dekalsifikasi tulang sendi. Aspirasi cairan synovial dapat memperlihatkan adanya sel darah putih dalam kultur yang steril. (Corwin, 2009)
Menurut Wijayakusuma (2007) untuk mendiagnosa penyakit Rheumatoid Arthritis secara pasti dapat dilakukan tes darah, analisis cairan synovial, dan sinar X.

Komplikasi
Menurut Wijayakusuma (2007) komplikasi yang dapat terjadi pada penyakit Rheumatoid Arthritis seperti perikarditis (radang kandung jantung), radang mata, osteoporosis dan lesi pada paru-paru.
Nodulus rheumatoid ekstrasinoval dapat terbentuk pada katup jantung, paru, mata, atau limfa. Fungsi pernafasan dan jantung dapat terganggu. Glaucoma dapat terjadi apabila nodulus yang menyumbat aliran keluar cairan ocular terbentuk pada mata. Vaskulitis (inflamasi system vascular) dapat menyebabkan thrombosis dan infark. Penurunan kemampuan untuk melakukan aktifitas sehari-hari, depresi atau stres keluarga dapat menyertai eksaserbasi penyakit. (Corwin, 2009)

Penatalaksanaan
Sendi yang mengalami inflamasi diistirahatkan selama eksaserbasi. Periode istirahat setiap hari. Kompres panas dan dingin bergantian. Aspirin, obat anti inflamasi non steroid lainnya, atau steroid sistemik. Obat anti TNF digunakan untuk mnghambat inflamasi yang perantarai sitokin. (Corwin, 2009)
Tujuan utama dari program pengobatan adalah untuk menghilangkan nyeri dan peradangan, mempertahankan fungsi sendi dan kemampuan maksimal dari klien, serta mencegah dan atau memperbaiki deformitas yang terjadi pada sendi. Penatalaksanaan yang sengaja dirancang untuk mencapai tujuan–tujuan itu meliputi pendidikan, istirahat, latihan fisik dan termoterapi, gizi, serta obat–obatan. obat yang dapat diberikan antara lain :
(1) Obat anti-infalamasi nonsteroid (NSAID) seperti ibuprofen dan natrium naproxen. (2) Kortikosteroid seperti prednison dan metal prednisolon. (3) Obat remitif (DMARD) seperti klorokuin, metotreksat salazopirin, dan garam emas. (Mubarok, 2012)



TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGANNYA

FADHIL AKMAL - September 23, 2019
MASUKKAN TOMBOL TWEET DISINI

0 komentar:

Posting Komentar

loading...