Pengertian
Rheumatoid Arthritis adalah suatu penyakit inflamasi
kronis yang menyebabkan degenerasi jaringan penyambung. jaringan penyambung
yang biasanya mengalami kerusakan pertama kali adalah membrane synovial, yang
melapisi sendi. Pada Rheumatoid Arthritis inflamasi tidak berkurang dan
menyebar ke struktur sendi disekitarnya, termasuk kartilago, artikular, dan
kampus sendi fibrosa. (Corwin, 2009)
Rheumatoid Arthritis adalah suatu penyakit inflamasi
progresif, sistematik dan kronis. Rheumatoid Arthritis merupakan peradangan
yang kronis dan sistemik pada sendi synovial. (Suratun, 2008)
Rheumatoid Arthritis adalah penyakit multisystem
kronik yang ditandai dengan beragam manifestasi klinik dengan awitan penyakit
umumnya pada usia 25 sampai 50 tahun. Gambaran utama adalah sinovitis
inflamatorik yang biasanya mengenai sendi perifer. (Williams, 2009)
Penyebab
Rheumatoid Arthritis merupakan penyakit yang otoimun
yang terjadi pada individu rentan setelah respon imun terhadap agen pemicu yang
tidak diketahui. Agen pemicunya adalah bakteri, mikoplasma, atau virus yang
menginfeksi sendi atau mirip sedi secara antigenic. Biasanya respon antibody
awal terhadap mikroorganisme diperantarai oleh IgG. Walaupun respon ini
berhasil menghancurkan mikroorganisme, individu yang mengalami Rheumatoid
Arthritis mulai membentuk antibody lain, biasanya igM atau IgG, terhadap
antibody IgG awal. Antibody yang ditujukan kepada komponen tubuh sendiri
disebut faktor rheumatoid. Faktor rheumatoid menetap dikapsul sendi sehingga
menyebabkan inflamasi kronis dan kerusakan jaringan. (Corwin, 2009)
Menurut Suratun (2008) penyebab penyakit ini belum
diketahui secara pasti, namun predisposisinya adalah mekanisme imunitas
(antigen-antibodi) dan faktor metabolic dan infeksi virus.
Menurut Wijayakusuma (2007) Rheumatoid Arthritis
bersifat kekambuhan. Penyebab Rheumatoid Arthritis tidak diketahui secara
pasti. Diduga penyebab utamanya adalah gangguan autoimunitas dan berhubungan
dengan faktor infeksi, genetis dan endokrin. Saat ini dipercaya bahwa penderita
yang mudah terkena Rheumatoid Arthritis secara genetis mengembangkan antibody
immunoglobin G yang abnormal atau yang telah berubah saat terkena suatu
antigen.
Manifestasi Klinis
Penyakit Rheumatoid Arthritis memiliki kecenderungan
merusak tulang rawan, menyebebkan erosi tulang dan menimbulkan kerusakan sendi.
Timbul nyeri yang diperburuk oleh gerakan, disertai pembengkakan dan nyeri
tekan. Selain gejala sinovisis, sebagian pasien memperlihatkan gejala rasa lelah,
anoreksia, lemah otot, penurunan berat badan, dan gejala tulang-tulang otot
yang samar. Kelainan diluar sendi adalah nodus rheumatoid, vaskulitis, dan
gejala pleurapulmoner. Untungnya ginjal biasanya tidak terkena. (Williams,
2009)
Awitan Rheumatoid Arthritis ditandai oleh gejala
umum inflamasi seperti demam, keletihan, nyeri tubuh, dan pembengkakan sendi.
Nyeri tekan sendi dan kekakuan sendi terjadi, mula-mula karena inflamasi akut
dan kemudian akibat pembentukan jaringan parut. Gejala lain berupa penurunan
rentang gerak, deformitas sendi, dan kontraksi otot. (Corwin, 2009)
Menurut Suratun (2008) manifestasi klinis Rheumatoid
Arthritis digolongkan menjadi 2 yaitu : (1). Setempat, yaitu sakit pada
persendian disertai kaku dan gerakan terbatas. Lambat laun membengkak, panas,
merah, dan lemah. Perubahan bentuk tangan, jari tangan seperti leher angsa,
devisiasi ulna. Semua sendi dapat terserang (panggul, lutut, pergelangan
tangan, siku, bahu, rahang). (2). (sistemik, yaitu mudah capek, lemah dan lesu,
demam, takikardia, berat badan menurun, anemia.
Rheumatoid Arthritis pada awalnya menghasilkan
gejala yang tidak khusus seperti merasa tidak enak badan, kelelahan, adanya
rasa dingin pada kaki dan tangan, demam, tidak nafsu makan, berat badan
menurun, serta kekakuan umum dan nyeri pada persendian. Secara khusus Rheumatoid
Arthritis ditandai dengan peradangan pada jaringan disekitar sendi yang disebut
dengan sinovium sehingga timbul gejala nyeri yang berkepanjangan, bengkak,
sendi berwarna merah, dan terasa panas jika disentuh. Sendi yang terkena
menjadi kaku terutama pada saat bangun dipagi hari. (Wijayakusuma, 2007)
Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan yang dapat dilakukan pada pasien Rheumatoid
Arthritis yaitu peningkatan faktor rheumatoid serum, perubahan radiograf
mencakup dekalsifikasi tulang sendi. Aspirasi cairan synovial dapat
memperlihatkan adanya sel darah putih dalam kultur yang steril. (Corwin, 2009)
Menurut Wijayakusuma (2007) untuk mendiagnosa
penyakit Rheumatoid Arthritis secara pasti dapat dilakukan tes darah, analisis
cairan synovial, dan sinar X.
Komplikasi
Menurut Wijayakusuma (2007) komplikasi yang dapat
terjadi pada penyakit Rheumatoid Arthritis seperti perikarditis (radang kandung
jantung), radang mata, osteoporosis dan lesi pada paru-paru.
Nodulus rheumatoid ekstrasinoval dapat terbentuk
pada katup jantung, paru, mata, atau limfa. Fungsi pernafasan dan jantung dapat
terganggu. Glaucoma dapat terjadi apabila nodulus yang menyumbat aliran keluar
cairan ocular terbentuk pada mata. Vaskulitis (inflamasi system vascular) dapat
menyebabkan thrombosis dan infark. Penurunan kemampuan untuk melakukan
aktifitas sehari-hari, depresi atau stres keluarga dapat menyertai eksaserbasi
penyakit. (Corwin, 2009)
Penatalaksanaan
Sendi yang mengalami inflamasi diistirahatkan
selama eksaserbasi. Periode istirahat setiap hari. Kompres panas dan dingin
bergantian. Aspirin, obat anti inflamasi non steroid lainnya, atau steroid
sistemik. Obat anti TNF digunakan untuk mnghambat inflamasi yang perantarai
sitokin. (Corwin, 2009)
Tujuan
utama dari program pengobatan adalah untuk menghilangkan nyeri dan peradangan,
mempertahankan fungsi sendi dan kemampuan maksimal dari klien, serta mencegah
dan atau memperbaiki deformitas yang terjadi pada sendi. Penatalaksanaan yang sengaja
dirancang untuk mencapai tujuan–tujuan itu meliputi pendidikan, istirahat,
latihan fisik dan termoterapi, gizi, serta obat–obatan. obat yang dapat
diberikan antara lain :
(1) Obat anti-infalamasi nonsteroid (NSAID) seperti ibuprofen dan natrium naproxen. (2) Kortikosteroid seperti prednison dan metal prednisolon. (3) Obat remitif (DMARD) seperti klorokuin, metotreksat salazopirin, dan garam emas. (Mubarok, 2012)
(1) Obat anti-infalamasi nonsteroid (NSAID) seperti ibuprofen dan natrium naproxen. (2) Kortikosteroid seperti prednison dan metal prednisolon. (3) Obat remitif (DMARD) seperti klorokuin, metotreksat salazopirin, dan garam emas. (Mubarok, 2012)
|
FADHIL AKMAL
MASUKKAN TOMBOL TWEET DISINI |
|
0 komentar:
Posting Komentar